Sunday, November 27, 2011

1 Muharram 1433 H Railah Hikmah Hijrah BESOK, Ahad 27/11/2011

Momentum penting, yaitu terjadi peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Yatsrib.
Pada malam peristiwa hijrah, ketika Nabi dan Abu Bakar telah sampai diluar kota Mekkah. Nabi menghentikan laju unta nya melihat ke belakang dan pada saat itulah tuturan kalimat yang indah dan penuh kepasrahan itu terucap dari lisannya yang mulia. Seolah sebuah pengaduan kepada Allah, pemilik sekalian alam bahwa seorang hamba-Nya telah dikalahkan dan amat sangat menderita karenanya.
Dari seluruh bumi Allah, engkaulah tempat yang paling kucintai dan paling dicintai Allah. Jika kaumku tidak mengusirku darimu maka aku tidak akan pernah meninggalkanmu.
Berat hati Nabi meninggalkan sebuah tempat dimana ia telah dilahirkan, dibesarkan dan telah menjadi bagian dari segala denyut kehidupannya.
Tigabelas tahun sejak ia diangkat menjadi Rasul Allah, ia harus berjuang dalam kepedihan dan kesulitan. Caci maki menjadi makanan sehari-hari, fitnah dan gunjingan selalu menyertai langkahnya. Kadang dengan bumbu-bumbu kekerasan fisik yang harus dilewati. Dibasahi kotoran unta, dilempar oleh batu hingga pecah bibirnya dan ditakut-takuti ketika sedang bermunajat kepada Allah didepan Ka’bah.
Tak ada yang dapat menyurutkannya. Begitu juga dengan bujuk rayu agar meninggalkan segala bentuk dakwahnya, ia tampik dengan bijaksana.
Salah satu pernyataannya adalah ketika para pemimpin kafir Quraish mendatanginya untuk memberinya kekuasaan yang tiada batas, wanita yang ia sukai dan harta yang tak terhingga,
Nabi berkata, Jika kalian sanggup meletakkan bulan ditangan kananku dan matahari di tangan kiriku, Demi Allah, aku tidak akan pernah berhenti untuk menyampaikan risalah agama Allah. (HR Bukhari dan Muslim)
Kita sebagai hamba-Nya yang awam kadang berpikir, kenapa Allah Azza wa Jalla harus membiarkan kekasih-Nya dalam kesulitan dan penderitaan selama hidup di kota Mekah. Bukankah mudah bagi Allah untuk menyelamatkannya dan menyuruhnya pindah ke kota lain?
Semua itu tak lain dan tak bukan adalah untuk meneguhkan kedudukan Nabi Saw sendiri. Bukankah ujian demi ujian bagi seorang hamba selalu bermuara pada kedudukan yang mulia, kebaikan yang banyak dan rahmat Allah yang tiada henti menyertai.
Ketika Nabi Saw dan sahabatnya Abu Bakar ra harus berdiam di gua Tsur untuk beberapa hari demi meredam langkah para kafir Quraish yang senantiasa mencarinya demi imbalan 100 ekor unta, tak ada rasa takut yang menyelimutinya. Orang-orang arab Badui sangat terkenal keahliannya dalam mencari jejak, sehingga beberapa dari mereka dapat menemukan jejak Nabi dan sahabatnya itu. Mereka berusaha mendekat dengan hunusan pedang dan getaran kemarahan yang membuat Abu Bakar menggigil karenanya dan dipenuhi peluh disekujur tubuhnya.
Nabi menoleh kepadanya dan berkata, La tahzan, innallaha ma’anaa (Janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita). Nabi melanjutkan, Apa yang engkau khawatirkan dari dua orang ketika Allah menjadi yang ketiga.Jikalau kamu tidak menolongnya, maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada sahabatnya: Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita.Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.“ (QS At Taubah [9]:40)
Ketika semuanya telah berlalu, Nabi dan Abu Bakar pergi ke mulut gua. Disana, di depannya, hampir menutupi jalan masuk ada sebuah pohon akasia kira-kira setengah tinggi manusia yang pagi itu belum ada; dan dicelah antara pohon dan dinding gua terdapat seekor laba-laba telah membuat sarangnya.
Nabi dan Abu Bakar melihat ke sarang tersebut dan disana, dilubang sebuah batu ada seekor burung merpati telah bersarang dan sedang duduk seakan-akan mengerami telur-telurnya. Setelah keadaan memungkinkan Nabi dan Abu Bakr meninggalkan gua tersebut untuk melanjutkan perjalanan ke Yatsrib (Madinah),
Ketika itulah Jibril datang kepada Nabi membawa wahyu. Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu melaksanakan Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali (Mekah). Katakanlah, Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata. (QS Al Qashash [28]:85)
Janji Allah ‘Azza wa Jalla ini benar. Kurang dari 10 tahun setelah peristiwa Hijrah, Rasulullah Saw dapat membebaskan Mekkah dari cengkraman kafir Quraish dengan penuh kedamaian dan jauh dari pertumpahan darah.
Di depan pintu Ka’bah Nabi memanggil kedua belah pihak. Di satu sisi, para sahabatnya yang dahulu pernah merasakan kekejaman dan penindasan dari penduduk Mekah dan disisi yang lain para penduduk Mekah yang pernah melakukan penindasan.
Nabi berkata, Wahai kaum muhajirin, hari ini adalah hari kasih sayang, maafkanlah mereka karena Allah.Para sahabat muhajirin tadi enggan beranjak dari tempat mereka untuk memaafkan. Lama Nabi menunggu, tidak ada reaksi yang menyertai. Nabi dengan bijak kemudian berkata, Wahai sahabat-sahabat ku sebentar lagi aku akan kembali ke Madinah, tinggallah kalian disini. Aku tidak ingin memiliki pengikut yang pendendam.Terdengar tangisan pilu dari para sahabat muhajirin.
Salah seorang dari mereka memberanikan diri untuk berkata, Ya Rasulullah, Demi Allah dan demi engkau yang lebih kami cintai dari bapak dan ibu kami sendiri, kami ikhlas memaafkan mereka. Jangan tinggalkan kami disini. Tak ada ruang bagi kami untuk menjadi hamba-hamba Allah yang pendendam.
Allahuma Shalli Ala Muhammad Wa Ala Ali Muhammad..

Wednesday, November 2, 2011

Manfaat Sholawat Kepada Rosulullah











Secara harfiyah, ucapan “Allahumma Shalli wa Sallim ‘ala Saydina Muhammad” adalah kalimat doa yang memiliki ma’na; Ya Allah,Tambahkanlah shalawat dan keselamatan kepada Nabi Muhammad. Bila ditilik secara rasio yang terbatas, kita bisa saja mengatakan, untuk apa kita harus bershalawat kepada Rasulullah dan mendoakan keselamatan untuk beliau? Bukankah beliau adalah semulia-mulianya mahluk pilihan dan telah beroleh jaminan keselamatan dari Allah?Dalam kitab Tuhfatul Mariid ‘ala Jauharatit Tauhid, Imam Al-Baijuri (Burhanuddin Ibrahim Al-Baijuri) membahas dengan jelas mengenai permasalahan ini. Dalam ulasan beliau tentang masalah ini, beliau menukilkan dua pendapat para ulama seputar permasalahan, apakah shalawat itu memberi arti dan manfaat bagi Nabi?

Pendapat pertama mengatakan, doa apapun akan memberi manfaat bagi Nabi. Alasan bahwa segala kesempurnaan dan kemapanan telah dimiliki Nabi, terbantahkan dengan dalih, bahwa tidak ada kesempurnaan mutlak selain milik Allah yang Maha sempurna. Sehingga sekalipun secara zahir pengetahuan kita bahwa Rasulullah adalah sesemprna-sempurnanya mahluk pilihan Allah, namun bukan alasan untuk tak perlu lagi berbanyak-banyak mengucapkan shalawat bagi kepada beliau. Sebab shalawat yang kita senantiasa kirimkan sebagai wujud pemuliaan serta pengagungan kita kepada Rasulullah, dan manfaatnya akan menambah derajat kemuliaan Rasulullah di sisi Allah SWT.

Pendapat kedua mengatakan, bahwa manfaat dan faidah shalawat semata akan kembali kepada kita, sang pengucap shalawat. Paling tidak, ada beberapa dalil yang menguatkan hal ini;
Pertama, Rasulullah telah mencapai derajat kesempurnaan kemuliaan, kebaikan, dan keselamatan. Ketika kita mendoakan kebaikan untuk beliau, seolah-olah tak ada tempat lagi bagi Rasulullah untuk menempatkan manfaat dari doa kita. Ibarat sebuah wadah yang sudah penuh air, ketika kita tambahkan lagi air ke dalamnya, yang akan terjadi adalah air itu akan meluap.

Posisi Rasulullah dibanding kita manusia biasa, ibarat sebuah wadah sangat besar, terisi penuh oleh air yang sangat bersih, yang terletak di tempat yang sangat tinggi. Sementara kita, ibarat wadah-wadah kecil yang terisi oleh air yang keruh. Ketika kita bershalawat kepada Rasulullah, seolah-olah kita mengisikan air keruh di wadah kita ke dalam wadah Rasulullah. Hasilnya, karena wadah Rasulullah sudah penuh, tak ada tempat lagi untuk menampung air yang kita tambahkan sehingga meluaplah dan kembali kepada kita. Keistimewaannya, air sedikit milik kita yang tadinya keruh, ketika bercampur dan berbaur dengan air jernih milik Rasulullah, ketika meluap dan kembali kepada kita, telah berubah menjadi lebih jernih dari sebelumnya. Seakan-akan, terjadi proses sterilisasi dan penjernihan di sana. Kesimpulannya, semakin banyak kita mengisikan air milik kita ke wadah Rasulullah, akan semakin jernih pula air tersebut meluap kembali kepada kita. Maka shalawat pun demikian adanya. Semakin banyak kita memohonkan shalawat dan keselamatan kepada Rasulullah, semakin banyak pula faidah keselamatan yang akan kita dapatkan.

Dalil kedua tentang kembalinya faidah shalawat kepada sang pengucap shalawat. Dikuatkan oleh hadits Rasulullah, Barang siapa yang mendoakan kebaikan kepada orang lain, maka malaikat akan berucap: “Dan bagimu juga sebagaimana yang engkau doakan untuk saudaramu.” Sehingga, semakin banyak kita bershalawat kepada Rasulullah dan memohon keselamatan untuk beliau, semakin banyak pula malaikat mendoakan untuk kita sebagaimana yang kita mohonkan kepada Allah untuk Rasulullah.
Dan bila ditambah dengan menyimak kembali hadits-hadits tentang fadhilah dan keutamaan shalawat kepada Rasulullah, insya Allah kita akan terpacu untuk semakin rajin mengirimkan shalawat dan salam kepada Rasulullah, Sang Junjungan. Sebab, semua bentuk faidah dan manfaat Shalawat itu akan kembali kepada kita. Mungkin kita tak bisa langsung merasakannya di dunia. Namun janji Allah tentang balasan di akhirat, itu pasti adanya.

Alfu Shalatin wa Alfu Salamin alaika ya Rasulallah…

Sumbernya :
http://laros.heavenforum.com/diskusi...h-saw-t462.htm

DOWNLOAD MP3 KAJIAN HIKAM DARI MULAI HIKMAH KE-1 DAN SETERUSNYA

 Selamat Datang di Blog Saya, saya do'akan sobat semua sehat selalu, bagi sobat yang membutuhkan kajian hikam perhikmah dari mulai hikam...