Thursday, May 22, 2014

Ringkasan Kitab Al-Umm Jilid-1 (Tentang Biography Imam Syafi’i)

JILIDBiografi Imam Syafi’i

Nasab dari Pihak Bapak

Ayahnya adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsrnan bin Syafi’ bin Sa’ib bin Abid bin Abdu Yazid bin Hisyam bin Muthalib bin Abdu Manaf bin Qusha bin Kilab bin Murrah, nasabnya dengan Rasulullah bertemu pada Abdu Manaf bin Qushai.

Nasab dari Pihak Ibu

Ibunya adalah Fathimah binti Abdullah bin Hasan bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Orang-orang mengatakan bahwa mereka tidak mcngetahui Hasyimiyah melahirkan keturunan kecuali Imam Ali bin Abi Thalib dan Imam’Syafi’i.

Kelahiran Imam Syafi’i

Ia dilahirkan pada tahun 150 H, bertepatan dengan tahun dimana Imam Abu Hanifah meninggal dunia. Ia dilahirkan di Ghazzah, Askalan.Tatkala umurnya rnencapai dua tahun, ibunya memindahkannya ke Hijaz dimana sebagian besar penduduknya bcrasal dari Yaman, ibunya sendiri berasal dari Azdiyah. Keduanya pun menetap di sana. Namun ketika umumya telah mencapai sepuluh tahun, ibunya memindahkannya ke Makkah karena khawatir akan melupakan nasabnya.
Affiliate Program Get Money from your Website
Pendidikan Imam Syafi’i

Imam Syafi’i sejak kecil hidup dalam kemiskinan. Ketika beliau diserahkan ke bangku pendidikan, para pendidik tidak mendapatkan upah dan mereka hanya terbatas pada pengaj aran. Namun setiap kali seorang guru mengajarkan sesuatu kepada murid-murid, terlihat Syafi’i kecil dengan ketzjaman akal yang dimilikinya sanggup menangkap semua perkataan serta penjelasan gurunya. Setiap kali gurunya berdiri untuk meninggalkan tempatnya, Syafi’i mengajarkan lagi apa yang didengar dan dipahaminya kepada anak-anak yang lain, sehingga dari apa yang dilakukannya ini Syafi’i mendapatkan upah. Setelah menginjak umur yang ketujuh, Syafi’i telah menghafal selumh Al Qur‘an dengan baik. Syafi’i bercerita, “Ketika saya mengkhatamkan Al Qur‘an dan memasuki masjid, saya duduk di majelis para ulama Saya menghafal hadits-hadits dan masalah-masalah fikih. Pada saat itu, rumah kami berada di Makkah. Keadaan saya sangat miskin, dimana saya tidak memiliki uang untuk membeli kertas, namun saya mengambi] tulang-tulang sehingga dapat saya gunakan untuk menulis.” Ketika mcnginjak umur tiga belas tahun, iajuga memperdengarkan bacaan A1 Qur‘an kepada orang-orang di Masjidil Haram, ia memiliki suara yang sangat merdu.

Hakim mengeluarkan hadits dari riwayat Bahr bin Nashr, ia berkata, “Apabila kami ingin menangis, kami mengatakan kepada sesama kami, ‘Pergilah kepada pemuda Syafi’i! ’Apabila kami telah sampai kepadanya, ia mulai membuka dan membaca Al Qur‘an sehingga manusia yang ada di sekelilingnya banyak yang berj atuhan di hadapannya karena kerasnya menangis. Kami terkagum-kagum dengan kemerduan suara yang dimilikinya, sedemikian tingginya ia memahami Al Qur‘an sehingga sangat berkesan bagi para pendengarnya.”

Guru-guru Imam Syafi’i


  1. Muslim bin Khalid Az-Zanji, Mufii Makkah tahun 180 H yang bertepatan dengan tahun 796 M, ia adalah maula (budak) Bani Makhzum.

  2. Sufyan bin Uyainah A] Hilali yang berada di Makkah, ia adalah salah seorang yang terkenal ke-tsiqah-annya (jujur dan adil).

  3. Ibrahim bin Yahya, salah seorang ulama Madinah.

  4. Malik binAnas. Syafi’i pernah membaca kitab AlMuwaththa’ kepada Imam Malik setelah ia menghafalnya di luar kepala, kemudizm ia menetap di Madinah sampai Imam Malik wafat tahun 179 H, benepatan dengan tahun 795 M.

  5. Waki’ bin JalrahbinMalihAl Kufi

  6. Hammad bin Usamah Al HasyimiAlKufi

  7. Abdul Wahhab binAbdul MajidA1 Bashri


Istri Imam Syafi’i

Ia menikah dengan Hamidah binti Nafi’ bin Unaisah bin Amru bin Utsman bin Affan. Kelebihan Imam Syafi’i serta Pujian Ulama Terhadapnya


  1. Keluasan ilmu pengetahuan dalam hal adab (sastra) dan nasab,


yang setara dengan Al Hakam bin Abdul Muthalib. Rasul SAW bersabda, ‘

gambar hal-5



“Hanya saja Bani Hasyim dan Bani Muthalib sama.


  1. Kekuatan menghafal Al Qur‘an dan kedalaman pemahaman antara yang wajib dan sunah, serta kecerdasan terhadap seluruh disiplin ilmu yang ia miliki, yang tidak semua manusia dapat melakukannya.
  • Kedalaman ilmu tentang Sunnah, ia dapat membedakan antara Sunnah yang shahih dan yang dha'if  Serta ketinggian ilmunya dalam hal ushul, mursal, maushul, sena perbedaan antara lafazh yang umum dan yang khusus.

  • Imam Ahmad bin Hambal berkata, Pam ahli hadits (ashabul hadits) yang dipakai oleh Abu Hanifah tidak diperdebatkan sehingga kami bertemu dengan Imam Syafi’i. Ia adalah manusia yang paling

memahami kitab Allah Azza wa Jalla dan Sunnah Rasul SAW,

serta sangat peduli terhadap hadits beliau.”

  1. Karabisy’ berkata, “Imam Syafi’i adalah rahmat bagi umat Muhammad shallallahu ‘aIaihi wasallam.”

6.Dubaisan’ berkata, “Saya pemah bersama Ahmad bin Hambal di Masjid Jami’ yang berada di kota Baghdad, yang dibangun oleh Manshur, kemudian saya datang kepada Husain (Karabisy) lalu bertanya, ‘Bagaimana pendapatmu tentang Syafi’i?’ Dia mengatakan, ‘Seperti apa yang saya katakan bahwa ia memulai dengan Kitab (Al Qur‘an), Sunnah dan Ittifaq. Kami dan orang-orang terdahulu sebelum dia tidak mengetahui apa itu Kitab dan Sunnah, hingga kami mendengar dari Imam Syafi’i tentang Kitab, Sunnah dan Ijma’.”Humaidi berkata, “Kami pemah ingin mendebat pengikut rasionalis (aliran yang mengedepankan rasio dalam segala urusan), tetapi kami tidak mengetahui bagaimana cara untuk mengalahkarmya. Lalu Imam Syafi’i datang kepada kami, sehingga kami dapat memenangkan perdebatan.”

Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Saya tidak pernah melihat seseorang yang lebih fakih terhadap Kitab Allah daripada pemuda Quraisy ini, ia adalah Muhammad bin Idris Syafi’i.”

8.Ibnu Rahawaih pernah ditanya, “Menurut pendapatmu,bagaimanakah Imam Syafi’i dapat menguasai kitab ini dalam usia yang masih belia?” Ia menjawab, “Allah Subhanahu wa Ta ‘ala mempercepat akalnya karena mnumya yang pendek.”

9.Rabi’i berkata, “Kami pemah duduk di mzj elis Syafi’i setelah beliau meninggal dunia di Basir, tiba- tiba datang kepada kami seorang Arab badui. Ia mengucapkan salam lalu bertanya, ‘Di manakah bulan dan matahari majelis ini?’ Kami menjawab, ‘Beliau telah wafat’. Tiba-tiba ia menangis lalu berkata, ‘Semoga Allah merahmatinya dan mengampuni dosa-dosanya. Sungguh beliau telah menyingkap hujjah yang tertutup, telah merubah wajah orang-orang yang ingkar dan juga telah membuka kedok mereka,serta telah membuka pintu kebodohan dengan penjelasannya’.Kemudian Arab badui itu beranjak pergi.”



Srkap Rendah Hati (tawadhu) Imam Syafi’i

Hasan bin Abdul Aziz A1 Jarwi Al Mishri mengatakan, bahwa Imam Syafi’i pemah berkata, “Saya tidak menginginkan kesalahan terjadi pada seseorang, saya sangat berhasrat agar ilmu yang saya miliki itu ada pada setiap orang dan tidak dinisbatkan (disandarkan) kepada saya.”Imam Syafi’i berkata: “Demi Allah, saya tidak menyaksikan seseorang lalu saya menginginkan kesalahan padanya. Tidaklah bertemu dengan seseorang kecuali saya berdoa, ‘Ya Allah, jadikanlah kebenaran ada pada hati dan lisannya! Apabila kebenaran berpihak pada Saya,semoga ia mengikuti saya, dan apabila kebenaran berpihak kepadanya, semoga saya sanggup mengikutinya’.”



Imam Syafi’i Seorang Ahli Ilmu dari Quraisy

Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Apabila saya ditanya tentang satu masalah dan saya tidak mengetahuinya, maka saya menj awab dengan menukil perkataan Syafi’i, karena ia seorang imam besar dan ahli ilmu dari Quraisy.”Telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

bahwasanya beliau bersabda, “0rang alim dari Quraisy akan memenuhi bumi.”

Ar-Razi mengatakan, berita tentang imam ini akan texpenuhi pada seseorang yang memiliki beberapa kn’telia:

Pertama, berasal dad suku Quraisy.

Kedua, memiliki ilmu pengetahuan yang luas dad kalangan ulama.

Ketiga, memiliki ilmu pengetahuan yang luas, dan dikenal oleh

penduduk Timur dan Barat.Benar bahwa kreteria di atas hanya terdapat pada diri Imam Syafi’i,ia adalah seorang ahli ilmu yang berasal dad suku Quraisy.

Berikut beberapa hadits yang berhubungan dangan hal di atas.

1. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasul

shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

gambar hal-7





“Janganlah kalian mencaci-maki suku Quraisy, karena sesungguhnya ahli ilmu di antara mereka akan memenuhi bumi.Ya Allah, Engkau telah menimpakan adzab yang terdahulu dari mereka, maka anugerahkan nikmat-Mu yang terakhir dari mereka. “

2. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

gambar1 hal-8







“Ya Allah, tunjukilah orang-orang Quraisy, karena sesungguhnya orang alim di antara mereka akan memenu_hi bumi. Ya Allah,sebagaimana Engkau telah memberikan adzabpada mereka, maka berikanlahjuga nikmat-Mu atas mereka. ” Beliau mengulanginya sampai tiga kali.

3. Ia adalah orang Quraisy dan’ Bani Al Muthallibi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

gambar2 hal-8





“Sesungguhnya Bani Hasyim dan Bani Muthalib adalah sama. “Kemudian Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam merapatkan jemari tangannya

Dan’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

gambar3 hal-8





“Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat inipada setiap seratus tahun, seseorang yang memperbaharui agama-Nya. ”

Anak-anak Imam Syafi’i

  1. AbuUtsmanMuhammad,iaseo1anghakimdikotaHalib, Syam (Syria)



  • Fathimah

  • Zainab

Kedatangan Imam Syafi’i ke Mesir

Imam Syafi’i datang ke Mesir pada tahun 199 H, atau 814/815 M, pada awal masa khalifah Al Ma’mun. Kemudian beliau kembali ke Baghdad dan bermukim di sana selama sebulan, lalu kembali lagi ke Mesir. Beliau tinggal di sana sampai akhir hayatnya pada tahun 204 H, atau 819/820 M.

Kitab-Kitab karangan Imam Syafi’i

  1. Ar-Risalah Al Qadimah (Kitab AI Hujjah)

  2. Ar-Risalah Al Jadidah

  3. Ikhtilaf Al Hadits

  4. Ibthal Al lstihsan

  5. Ahkam Al Qur‘an

  6. Bayadh Al Fardh

  7. Sifat Al Amr wa Nahyi

  8. IkhtilafAl Malik wa Syafi’i

  9. Ikhtilaf Al Iraqiyin

  10. lkhtilaf Muhamad bin Husain

  11. Fadha‘il Al Quraisy

  12. Kitab Al Umm

  13. Kitab As-Sunan

Wafatnya Imam Syafi’i

Beliau mengidap penyakit ambeien pada akhir hidupnya, sehingga mengakibatkan beliau wafat di Mesir pada malam Jum’at seusai shalat Maghrib, yaitu pada hari terakhir di bulan Rajab. Beliau dimakamkan pada hari Jum’atnya di tahun 204 H, atau 819/820 M. Kuburannya berada dikota Kairo, di dekat Masjid Yazar, yang beada dalam lingkungan perumahan yang bernama Imam Syafi’i.


Tuesday, May 20, 2014

Belajar Ilmu Fiqih Dari Terjemah Kitab Al-Umm Imam syafi’i (Fiqih ImamSyafi'i)

al um 2Muhammad bin Idris Asy-Safi’i atau yang lebih dikenal dengan nama Imam syafi’i adalah tokoh besar yang tidak asing lagi namanya di telinga umat islam. Kepakaran

imam syafi’i di berbagai cabang ilmu keislaman tidak diragukan oleh para ulama. Beliaulah peletak dasar ilmu hadits dan ushul fiqih lewat karya monumentalnya,


ar-Risalah.

Di berbagai belahan dunai Islam, khususnya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia [dan Malaysia], mazhab Syafi’i menjadi pegangan utama kaum muslim. Artinya dalam menjalankan aktivitas-aktivitas keagamaan yang berkaitan dengan masalah-masalah peribadatan mereka akan memilih dan mengamalkan pendapat-pendapat yang berkembang dalam mazhab Syafi’i. Akan tetapi diantara yang pantas disayangkan adalah, masih ada bahkan tidak sedikit diantara kalangan umat islam yang mengklaim dirinya pengikut madzab imam syafi’i bahkan yang fanatik di antara mereka ternyata tidak mengenal siapa sebenarnya Imam Syafi’i. Jangankan ditanya tentang karya-karya ilmiah, aqidah, manhaj, atau pandangan Iman Syafi’i terhadap pentingnya berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-sunnah, masa dan tempat al-Imam dilahirkan pun banyak yang tidak tahu. Jangan heran kalau ada yang menyangka Imam syafi’i adalah orang Asia Tenggara sehingga fiqihnya cocok untuk orang Asia Tenggara.

Kitab al-Umm adalah satu di antara kitab-kitab Imam Syafi’i yang sangat terkenal. Di sana termuat fiqih Imam Syafi’i. Maka tidak jarang bila dalam sebuah pembahasan hukum fiqih disebutkan “menurut Imam Syafi’i” maka yang dimaksud adalah dalam kitab al-Umm tersebut. Kitab al-Umm adalah sebuah kitab tebal yang terdiri dari empat jilid dan berisi 128 masalah.

Al-Hafidz ibnu Hajar berkata: “Jumlah kitab (masalah)dalam kitab al-umm sebanyak 40 bab lebih -wallahu a’lam- dimulai dari kitab at-Thaharah kemudian kitab as-Shalat. Begitu seterusnya yang beliau susun berdasarkan bab-bab fiqih …”

Ringkasan KITAB AL UMM ini adalah terjemahan dari kitab Mukhtashar Kitab Al Umm fiil Fiqhi, yang merupakan ringkasan kitab al-Umm yang disertai dengan catatan kaki dari peneliti atau pentahqiqnya. Setelah sekilas menyebutkan tentang biografi Imam Syafi’i, pada jilid 1 kitab terjemahan ini memuat pembahasan masalah fiqih yang disusun secara berurutan sebagai berikut:




  • Tentang Biography Imam Syafi'i,

  • Tentang bersuci (thaharah),

  • Tentang haid,

  • Tentang shalat,

  • Tentang shalat ‘iedain,

  • Tentang jenazah,

  • Tentang zakat,

  • Tentang pembagian zakat,

  • Tentang puasa,

  • Tentang i’tikaf,

  • Tentang haji,

  • Tentang qurban,

  • Tentang hewan buruan dan sembelihan,

  • Tentang makanan dan keterangan halal haramnya, dan

  • Tentang nadzar.

  • Masing-masing masalah dibahas dalam bab-bab yang lebih rinci.

Pembahasan dalam buku ini banyak dilakukan dengan pola dialogis yang menunjukkan bahwa Imam Syafi’i seorang pendebat yang ulung. Barangsiapa membacanya niscaya ia akan menyaksikan kekuatan hujjah imam Syafi’i dan ketajaman argumentasi berdasarkan Al-kitab dan sunnah.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati penulis, peringkas dan peneliti dan menjadikannya sebagai amal yang mulia, yang dapat memperbesar timbangan kebaikan kita semua.


Affiliate Program Get Money from your Website



Insya Alloh Ringkasan Kitab Al-Umm Terjemahan dari Kitab Al-Umm,Insya Alloh Saya akan Posting ke Blog ini,Supaya Kita semua khususnya Saya dan Sobat Blog dapat mengingat kembali dan atau belajar Ilmu FIQIH sebagai tata cara ber ibadah kepa Alloh SWT,mohon Do'anya suapaya saya di beri Umur panjang untuk berbagi Ilmu.Aaamiin.

Friday, May 16, 2014

73 GOLONGAN AGAMA ISLAM (Apakah Kita Termasuk kepada Golongan YgSelamat Atau Kedalam salah Satu Dari 72 Yg Celaka)

AHLU



Tentang Islam akan terpecah menjadi banyak golongan




“Akan ada segolongan umatku yang tetap atas Kebenaran sampai Hari Kiamat dan mereka tetap atas Kebenaran itu.” HR. Bukhari dan Muslim.




Rasulullah Saw lewat riwayat Jabir Ibnu Abdullah bersabda :


“ Akan ada generasi penerus dari umatku yang akan memperjuangkan yang haq, kamu akan mengetahui mereka nanti pada hari kiamat, dan kemudian Isa bin Maryam akan datang, dan orang-orang akan berkata, “Wahai Isa, pimpinlah jamaa’ah (sholat), ia akan berkata, “Tidak, kamu memimpin satu sama lain, Allah memberikan kehormatan pada umat ini (Islam) bahwa tidak seorang pun akan memimpin mereka kecuali Rasulullah SAW dan orang-orang mereka sendiri.”

Hadis tentang sejumlah 73 golongan yang terpecah dalam Islam

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Orang-orang Yahudi terpecah kedalam 71 atau 72 golongan, demikian juga orang-orang Nasrani, dan umatku akan terbagi kedalam 73 golongan.” HR. Sunan Abu Daud.

Dalam sebuah kesempatan, Muawiyah bin Abu Sofyan berdiri dan memberikan khutbah dan dalam khutbahnya diriwayatkan bahwa dia berkata, “Rasulullah SAW bangkit dan memberikan khutbah, dalam khutbahnya beliau berkata, 'Millah ini akan terbagi ke dalam 73 golongan, seluruhnya akan masuk neraka, (hanya) satu yang masuk surga, mereka itu Al-Jamaa’ah, Al-Jamaa’ah. Dan dari kalangan umatku akan ada golongan yang mengikuti hawa nafsunya, seperti anjing mengikuti tuannya, sampai hawa nafsunya itu tidak menyisakan anggota tubuh, daging, urat nadi (pembuluh darah) maupun tulang kecuali semua mengikuti hawa nafsunya.” HR. Sunan Abu Daud.

Dari Auf bin Malik, dia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:"Yahudi telah berpecah menjadi 71 golongan, satu golongan di surga dan 70 golongan di neraka. Dan Nashara telah berpecah belah menjadi 72 golongan, 71 golongan di neraka dan satu di surga. Dan demi Allah yang jiwa Muhammad ada dalam tangan-Nya umatku ini pasti akan berpecah belah menjadi 73 golongan, satu golongan di surga dan 72 golongan di neraka." Lalu beliau ditanya: "Wahai Rasulullah siapakah mereka ?" Beliau menjawab: "Al Jamaah." HR Sunan Ibnu Majah.


Affiliate Program Get Money from your Website



Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Orang-orang Bani Israil akan terpecah menjadi 71 golongan dan umatku akan terpecah kedalam 73 golongan, seluruhnya akan masuk neraka, kecuali satu, yaitu Al-Jamaa’ah.”HR. Sunan Ibnu Majah.

“Bahwasannya bani Israel telah berfirqah sebanyak 72 firqah dan akan berfirqah umatku sebanyak 73 firqah, semuanya akan masuk Neraka kecuali satu.” Sahabat-sahabat yang mendengar ucapan ini bertanya: “Siapakah yang satu itu Ya Rasulullah?” Nabi menjawab: ” Yang satu itu ialah orang yang berpegang sebagai peganganku dan pegangan sahabat-sahabatku.” HR Imam Tirmizi.

Abdullah Ibnu Amru meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Umatku akan menyerupai Bani Israil selangkah demi selangkah. Bahkan jika seseorang dari mereka menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, seseorang dari umatku juga akan mengikutinya. Kaum Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, seluruhnya akan masuk neraka, hanya satu yang masuk surga.” Kami (para shahabat) bertanya, “Yang mana yang selamat ?” Rasulullah Saw menjawab, “ Yang mengikutiku dan para shahabatku.” HR Imam Tirmizi.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Orang-orang Yahudi terbagi dalam 71 golongan atau 72 golongan dan Nasrani pun demikian. Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan.” HR Imam Tirmizi.

Diriwayatkan oleh Imam Thabrani, ”Demi Tuhan yang memegang jiwa Muhammad di tangan-Nya, akan berpecah umatku sebanyak 73 firqah, yang satu masuk Syurga dan yang lain masuk Neraka.” Bertanya para Sahabat: “Siapakah (yang tidak masuk Neraka) itu Ya Rasulullah?” Nabi menjawab: “Ahlussunnah wal Jamaah.”

Mu’awiyah Ibnu Abu Sofyan meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) dalam masalah agamanya terbagi menjadi 72 golongan dan dari umat ini (Islam) akan terbagi menjadi 73 golongan, seluruhnya masuk neraka, satu golongan yang akan masuk surga, mereka itu Al-Jamaa’ah, Al-Jamaa’ah. Dan akan ada dari umatku yang mengikuti hawa nasfsunya seperti anjing mengikuti tuannya, sampai hawa nafsunya itu tidak menyisakan anggota tubuh, daging, pembuluh darah, maupun tulang kecuali semua mengikuti hawa nafsunya. Wahai orang Arab! Jika kamu tidak bangkit dan mengikuti apa yang dibawa Nabimu…” HR.Musnad Imam Ahmad.





Umat Islam terpecah menjadi 7 golongan besar yaitu:


1. Mu'tazilah, yaitu kaum yang mengagungkan akal pikiran dan bersifat filosofis, aliran ini dicetuskan oleh Washil bin Atho (700-750 M) salah seorang murid Hasan Al Basri.


Mu’tazilah memiliki 5 ajaran utama, yakni :


Tauhid. Mereka berpendapat :


Sifat Allah ialah dzatNya itu sendiri.


al-Qur'an ialah makhluk.


Allah di alam akhirat kelak tak terlihat mata manusia. Yang terjangkau mata manusia bukanlah Ia.


Keadilan-Nya. Mereka berpendapat bahwa Allah SWT akan memberi imbalan pada manusia sesuai perbuatannya.


Janji dan ancaman. Mereka berpendapat Allah takkan ingkar janji: memberi pahala pada muslimin yang baik dan memberi siksa pada muslimin yang jahat.


Posisi di antara 2 posisi. Ini dicetuskan Wasil bin Atha yang membuatnya berpisah dari gurunya, bahwa mukmin berdosa besar, statusnya di antara mukmin dan kafir, yakni fasik.


Amar ma’ruf (tuntutan berbuat baik) dan nahi munkar (mencegah perbuatan yang tercela). Ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/fikih.

Aliran Mu’tazilah berpendapat dalam masalah qada dan qadar, bahwa manusia sendirilah yang menciptakan perbuatannya. Manusia dihisab berdasarkan perbuatannya, sebab ia sendirilah yang menciptakannya.

Golongan Mu'tazilah pecah menjadi 20 golongan.


2. Syiah, yaitu kaum yang mengagung-agungkan Sayyidina Ali Kw, mereka tidak mengakui khalifah Rasyidin yang lain seperti Khlifah Sayyidina Abu Bakar, Sayidina Umar dan Sayyidina Usman bahkan membencinya. Kaum ini di sulut oleh Abdullah bin Saba, seorang pendeta yahudi dari Yaman yang masuk islam. Ketika ia datang ke Madinah tidak mendapat perhatian dari khalifah dan umat islam lainnya sehingga ia menjadi jengkel. Golongan Syiah pecah menjadi 22 golongan dan yang paling parah adalah Syi'ah Sabi'iyah.


3. Khawarij, yaitu kaum yang sangat membenci Sayyidina Ali Kw, bahkan mereka mengkafirkannya. Salah satu ajarannya Siapa orang yang melakukan dosa besar maka di anggap kafir. Golongan Khawarij Pecah menjadi 20 golongan.



4. Murjiah.

Al-Murji’ah meyakini bahwa seorang mukmin cukup hanya mengucapkan “Laailahaillallah” saja dan ini terbantah dengan pernyataan hadits bahwa dia harus mencari dengan hal itu wajah Allah, dan orang yang mencari tentunya melakukan segala sarananya dan konsekuensi-konsekuensi pencariannya sehingga dia mendapatkan apa yang dia cari dan tidak cukup hanya mengucapkan saja. Jadi menurut al-murji’ah bahwa cukup mengucapkan “Laailahaillallah” dan setelah itu dia berbuat amal apa saja tidak akan mempengaruhi keimanannya, maka ini jelas bertentangan dengan hadits “dia mencari dengan itu wajah Allah”, maka ini adalah bentuk kesesatan al-murji’ah.


Al-Mu’tazilah dan Al-Khawarij meyakini bahwa seorang yang melakukan dosa-dosa besar kekal didalam api neraka, dan ini terbantah dengan sabda Rasulullah “sesungguhnya Allah mengharamkan atas api neraka orang yang mengucapkan Laailahaillallah”. Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah bahwasanya pengharaman api neraka membakar orang-orang yang mengucapkan “Laailahaillallah” itu ada dua, pertama pengharaman secara mutlak dan ini bagi orang yang mengucapkan “Laailahaillallah” dengan mendatangkan seluruh syarat-syaratnya, konsekuensi-konsekuensinya dan kandungan-kendungannya sehingga dia terlepas dari syirik besar, syirik kecil dan perbuatan-perbuatan dosa besar, kalaupun dia terjatuh kepada perbuatan dosa maka dia bertaubat dan tidak terus menerus diatasnya, maka orang yang sempurna tauhidnya seperti ini diharamkan api neraka untuk membakarnya secara mutlak, yakni dia tidak disentuh oleh api neraka sama sekali. Kemudian yang kedua, yaitu pengharaman yang tidak mutlak dan bersifat kurang, yang dimaksud yaitu pengharaman untuk kekal didalam api neraka, ini bagi orang-orang yang kurang tauhidnya sehingga dia terjatuh kedalam syirik kecil atau dosa-dosa besar yang dia terus menerus didalamnya, maka orang yang demikian ini diharamkan atas api neraka untuk membakarnya dalam jangka waktu yang kekal selama dia belum mengugurkan tauhidnya ketika didunia. Oleh karena itu pendapat al-mu’tazilah dan al-khawarij yang menyatakan bahwa pelaku dosa besar kekal didalam api neraka, ini adalah pendapat yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah.


Affiliate Program Get Money from your Website

Tidak ada dzikir yang lebih utama didunia ini kecuali “Laailahaillallah”.


Salah satu sebab dikabulkannya doa adalah dengan menggunakan sifat Allah dan nama-Nya, secara khusus memanggil Allah dengan uluhiyah-Nya, meminta dan berdoa kepada Allah dengan menyebutkan rububiyah-Nya.

“Laailahaillallah” merupakan dzikir dan doa, disebut dengan doa karena orang yang mengucapkan “Laailahaillallah” mengharapkan ridha Allah dan ingin sampai kepada surga-Nya.

Golongan Murjiah pecah menjadi 5 golongan.

5. Najariyah, Kaum yang menyatakan perbuatan manusia adalah mahluk, yaitu dijadikan Tuhan dan tidak percaya pada sifat Allah yang 20. Golongan Najariyah pecah menjadi 3 golongan.

6. Al Jabbariyah, Kaum yang berpendapat bahwa seorang hamba adalah tidak berdaya apa-apa (terpaksa), ia melakukan maksiyat semata-mata Allah yang melakukan. Golongan Al Jabbariyah pecah menjadi 1 golongan.

7. Al Musyabbihah / Mujasimah, kaum yang menserupakan pencipta yaitu Allah dengan manusia, misal bertangan, berkaki, duduk di kursi. Golongan Al Musyabbihah / Mujasimah pecah menjadi 1 golongan.

Dan satu golongan yang selamat adalah Ahli Sunah Wal Jama'ah.


Ahli Sunah wal Jama'ah.
1. Pengertian.
Secara etimologi Ahli adalah kelompok/keluarga/pengikut. Sunah adalah perbuatan-perbuatan Rasulullah yang diperagakan beliau untuk menjelaskan hukum-hukum Al Qur'an yang dituangkan dalam bentuk amalan. Al Jama'ah yaitu Al Ummah ( Al Munjid) yaitu sekumpulan orang-orang beriman yang di pimpin oleh imam untuk saling bekerjasama dalam hal urusan yang penting.

Menurut istilah Ahli Sunah wal Jama'ah adalah sekelompok orang yang mentaati sunah Rasulullah secara berjama'ah, atau satu golongan umat islam di bawah satu komando untuk urusan agama islam sesuai dengan ajaran Rasulullah dan para sahabatnya.

2.Syarat terbentuknya Al Jama'ah.

Secara singkat telah diterangkan oleh Sayyidina Umar RA: " Tidak ada islam kecuali dengan jama'ah, Tidak ada jama'ah kecuali dengan imam, Tidak ada imam kecuali dengan Bai'at, Tidak ada bai'at kalau tidak ada taat.

Dan bai'at bukanlah syahadat, sebagaimana yang diyakini oleh mereka yang salah, dan apalagi dengan pengkafiran diluar kelompok tersebut.

3. Terpeliharanya Islam.

Dalam masa-masa kerusakan islam Allah menunjukkan kasih sayangnya dengan membangkitkan para mujadidnya setiap 100 tahun sekali yang meluruskan kembali pemahaman ajaran Rasul sesuai dengan kebutuhan pemahaman mereka saat itu hingga turunnya masa imam Mahdi.

Satu-satunya perbedaan lain yang ditemukan adalah bahwa kedua penulis kadang-kadang menggunakan nama-nama berbeda untuk golongan yang sama yang menjadi jelas ketika melihat kepercayaan-kepercayaan yang berhubungan dengan mereka. Ini saya percaya karena kedua penulis itu bermukim di dua kawasan yang berbeda (satu di Arabia yang lain di anak benua Indo-Pak) dalam masa-masa yang berbeda mungkin juga golongan-golongan yang sama telah dikenal dengan nama-nama berbeda di daerah-daerah yang berbeda.
ini telah di upayakan untuk memasukkan berbagai nama yang diberikan bagi golongan yang sama oleh kedua penulis itu di mana memungkinkan.
Digital currency exchanger listing
Nama Golongan dan Dasar Kepercayaan Yang Membedakan Dengan Yang Lain

1. Jarudiyah 


Para pengikut dari Abul-Jarud, mereka mempercayai nabi (s.a.w.) mencalonkan Ali (ra) sebagai Imam dengan ciri-ciri khas beliau tapi bukan dengan nama.



2. Sulaimaniah/ Jaririyah
Para pengikut dari Sulaiman ibnu-Jarir az-Zaidi, mereka mempercayai Imamah merupakan masalah pertemuan (musyawarah) dan dapat dikuatkan oleh dua orang Muslim terbaik.



3. Butriyah/ Hurariyah
Mereka tidak memperselisihkan Khilafat of Utsman(r.a.), tidak pula mereka menyerang beliau atau pun memuji beliau.

4. Yaqubiyyah
Mereka menerima Khilafat dari Abu Bakar(r.a.) dan Umar(r.a.), tapi tidak menolak (menentang) orang-orang yang menolak para Khulafa ini. Mereka juga percaya bahwa orang Muslim pelaku dosa-dosa besar akan berada di neraka selamanya.

5. Hanafiyah
Para pengikut dari Imam Muhammad ibnu al-Hanifah. Mereka percaya bahwa Allah mungkin mempunyai permulaan.

6. Karibiyah
Mereka percaya bahwa Imam Muhammad ibnu al-Hanifah tidak meninggal dan adalah Imam Ghaib (menghilang) dan Mahdi yang diharapkan.

7. Kamiliyah
Para pengikut dari Abu-Kamil. Mereka mempercayai para sahabat sebagai murtad karena mereka meninggalkan bai’at kepada Ali(r.a.) dan mengutuk Ali karena berhenti memerangi mereka. Mereka mempercayai kembalinya orang mati sebelum hari kiamat dan bahwa setan adalah benar dalam kelebihan api dari pada tanah.

8. Muhammadiyyah / Mughairiyah
Para pengikut dari Muhammad ibnu-’Abdullah ibnu al-Hassan. Mereka tidak percaya bahwa Imam Muhammad ibnu ‘Abdullah meninggal dunia dan bahwa beliau adalah Imam Ghaib dan Mahdi yang dinantikan.

9. Baqiriyah
Para pengikut dari Muhammad ibnu ‘Ali al-Baqir. Mereka mempercayai beliau sebagai Imam Ghaib dan Mahdi yang diharapkan.

10. Nadisiyah
Mereka mempercayai bahwa orang-orang yang menganggap diri mereka lebih baik dari pada orang lain adalah kafir (tak beriman).



11. Sya’iyah
Mereka percaya bahwa orang yang telah mengucapkan La Ilaha Illa-Llah (Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah), apa pun yang dia lakukan, tak akan pernah dihukum.

12. Ammaliyah
Mereka percaya bahwa keimanan bagi seseorang adalah apa yang dia amalkan secara ikhlas.

13. Ismailiyah
Mereka mempercayai keberlangsungan Imamah di kalangan keturunan Ismail ibnu Ja’far.

14. Musawiyah / Mamturah
Mereka mempercayai Musa ibnu Ja’far sebagi Imam Ghaib dan Mahdi yang diharapkan.

15. Mubarikiyah
Mereka mempercayai keberlangsungan Imamah di kalangan keturunan dari Muhammad ibnu Ismail ibnu Ja’far.

16. Katsiyah / Itsna ‘Asyariyah (Imam dua belas)
Mereka percaya bahwa Mahdi yang diharapkan akan merupakan Imam kedua belas di antara keturunan dari ‘Ali ibnu Abi-Talib.

17. Hasyimiyah / Taraqibiyah
Mereka menisbahkan tubuh jasmani kepada Allah dan juga menuduh Nabi (s.a.w.) tidak taat kepada Allah.

18. Zarariyah
Mereka mempercayai bahwa Allah tidak hidup tidak pula mempunyai sifat-sifat hingga Dia menciptakan kehidupan bagi-Nya Sendiri dan sifat-sifat-Nya.

19. Yunusiyah
Para pengikut dari Yunus ibnu ‘Abdurl-Rahman al-Kummi. Mereka percaya bahwa Allah dipikul oleh para pembawa singasana-Nya, walaupun Dia lebih kuat dari pada mereka.

20. Syaitaniyah / Syirikiyah
Mereka mempercayai pandangan bahwa amal perbuatan hamba-hamba Allah adalah hakikat; dan seorang hamba Allah dapat benar-benar menghasilkan satu hakikat.

21. Azraqiah
Para pengikut dari Nafi ibnu al-Azraq. Mereka tidak mempercayai mimpi dan kasyaf yang benar (baik) dan mendakwakan bahwa segala bentuk wahyu telah berakhir.

22. Najadat
Para pengikut dari Najdah ibn-’Amir al-Hanafi. Mereka membatalkan hukuman bagi peminum arak juga mereka mempercayai bahwa para pendosa dari golongan ini tidak akan dimasukkan di neraka tapi pada suatu tempat lain sebelum diizinkan ke surga.

23. Sufriyah
Para pengikut dari Ziyad ibnu al-Asfar. Mereka mempercayai bahwa para pendosa itu sebenarnya adalah musyrik.

24. Ajaridah
Para pengikut dari Abdul Karim ibnu-Ajrad. Mereka mempercayai bahwa seorang anak seharusnya diseru kepada Islam sesudah ia mencapai kedewasaannya. Juga mereka mempercayai rampasan perang itu haram hingga pemiliknya dibunuh.

25. Khazimiyah
Mereka mempercayai Allah mencintai manusia dari semua agama bahkan jika orang telah menjadi kafir pada sebagian besar kehidupannya.

26. Shuaibiyah / Hujjatiyah
Mereka mempercayai bahwa apa yang Allah kehendaki sungguh terjadi tak peduli apa pun itu dan apa yang tidak terjadi artinya itu tidak dikehendaki Allah.

27. Khalafiyah
Para pengikut dari Khalaf. Mereka tidak mempercayai perjuangan kecuali di bawah kepemimpinan seorang Imam.

28. Ma’lumiyah / Majhuliyah
Mereka percaya bahwa barang siapa yang tidak mengenal Allah dengan seluruh nama-Nya adalah jahil terhadap Dia dan orang yang jahil terhadap Dia adalah orang kafir.

29. Saltiyah
Para pengikut dari Salt ibnu Utsman. Mereka percaya pada keimanan dewasa saja dan jika bapak telah masuk Islam anak-anak dianggap kafir hingga mereka mencapai kedewasaan.



30. Hamziyah
Para pengikut dari Hamzah ibnu Akrak. Mereka percaya bahwa anak-anak orang musyrik dilaknat dengan neraka.

31. Tsa’libiyah
Para pengikut dari Tsa’labah ibnu Masykan. Mereka percaya bahwa para orang tua tetap menjadi penjaga atas anak-anak mereka hingga anak-anak itu menjelaskan kepada orang tua mereka bahwa mereka berpaling dari kebenaran.

32. Ma’badiyah
Mereka tidak percaya dalam mengambil dan memberikan sedekah dari atau untuk para hamba sahaya.

33. Akhnasiyah
Mereka tidak mempercayai peperangan dikobarkan kecuali dalam pertahanan atau ketika lawan dikenali secara pribadi.

34. Syaibaniyah / Masybiyah
Para pengikut dari Syaiban ibnu Salamah al-Khariji. Mereka mempercayai Allah menyerupai makhluk-makhluk-Nya.

35. Rasyidiyah
Mereka percaya bahwa tanah yang diairi dengan mata air, terusan atau sungai yang mengalir harus dibayarkan zakatnya setengah bagian, sedangkan tanah yang diairi hanya dengan hujan harus dibayarkan zakat seluruhnya.

36. Mukarramiyah / Tehmiyah
Para pengikut dari Abu-Mukarram. Mereka percaya bahwa kejahilan merupakan kekafiran. Juga bahwa permusuhan atau persahabatan dari Allah tergantung pada keadaan keimanan seseorang pada kematiannya.

37. Ibadiyah / Af’aliyah
Menganggap Abdullah ibnu Ibad sebagai Imam mereka. Mereka mempercayai amal-amal baik yang dilakukan tanpa niat membuat Allah ridha.

38. Hafsiyah
Menganggap Hafs ibnu abil Mikdam sebagai Imam mereka. Mereka percaya bahwa hanya Allah yang mengetahui seseorang bebas dari kemusyrikan.

39. Haritsiyah
Para pengikut dari Harits ibnu Mazid al-Ibadi. Mereka percaya bahwa kemampuan mendahului perbuatan-perbuatan.

40. Ashab Ta’ah
Mereka percaya bahwa Allah dapat mengutus seorang nabi tanpa memberinya suatu tanda untuk membuktikan kebenarannya.

41. Syabibiyah / Salihiyah
Para pengikut dari Syabib ibnu Yazid as-Syaibani. Mereka mempercayai Imamah dari seorang wanita bernama Ghazalah.

42. Wasiliyah
Para pengikut dari Wasil ibnu-’Ata al-Ghazza. Mereka mempercayai bahwa orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar akan dihukum di neraka tapi masih tetap sebagai orang-orang yang beriman.

43. ‘Amriyah
Para pengikut dari ‘Amr ibnu Ubaid ibn-Bab. Mereka menolak kesaksian yang sah dari khalayak umum demi mendukung pihak mereka dalam perang Jamal (unta).

44. Hudhailiyah / Faniyah
Para pengikut dari Abu-al-Hudhail Muhammad ibnu al-Hudhail. Mereka percaya bahwa neraka dan surga kedua-duanya akan binasa dan bahwa ketetapan Allah dapat berhenti, yang pada waktu itu Allah tidak akan lagi menjadi penguasa.

45. Nazzamiyah
Para pengikut dari Abu-Ishaq Ibrahim ibn-Saiyar. Mereka tidak percaya pada mukjizat alami Al-Qur-an Suci tidak pula mereka mempercayai mukijzat Nabi Suci(s.a.w.) seperti pembelahan bulan.

46. Mu’ammariyah
Mereka mempercayai bahwa Allah tidak menjadikan kehidupan tidak pula kematian tapi itu merupakan tindakan alami dari tubuh yang hidup.

47. Basyriyah
Para pengikut dari Basyr ibnu al-Mu’tamir. Mereka percaya bahwa Allah mungkin mengampuni dosa-dosa manusia dan mungkin mengubah keputusan tentang pengampunan-Nya dan menghukumnya jika dia membangkang lagi.

48. Hisyamiyah
Para pengikut dari Hisyam ibnu ‘Amr al-Futi. Mereka percaya bahwa jika satu masyarakat Muslim bersepakat perlunya Imam dan jika ia memberontak dan membunuh Imam, hendaknya tak seorang pun yang dipilih sebagai Imam selama pemberontakan.

49. Murdariyah
Para pengikut dari Isa ibnu Sabih. Mereka percaya bahwa berhubungan dekat dengan Sultan (penguasa) membuat orang jadi kafir.

50. Ja’friyah
Para pengikut dari Ja’far ibnu Harb dan Ja’far ibnu Mubasysyir. Mereka percaya bahwa minum arak tak dapat dihukum dan bahwa hukuman neraka dapat diduga dengan proses mental.

51. Iskafiyah
Para pengikut dari Muhammad ibnu Abdallah al-Iskafi. Mereka percaya bahwa Allah mempunyai kekuasaan untuk memaksa anak-anak dan orang-orang gila tapi tidak kepada orang-orang yang mempunyai akal sempurna.

52. Tsamamiyah
Para pengikut dari Tsamamah ibnu Asyras al-Numairi. Mereka percaya bahwa dia yang Allah tidak paksa untuk mengenal-Nya, tidak dipaksa untuk mengenal dan digolongkan dengan hewan-hewan yang tidak bertanggung jawab.

53. Jahiziayh
Para pengikut dari ‘Amr ibnu Bahr al-Jahiz. Mereka percaya bahwa Allah dapat menciptakan sesuatu tapi tak dapat melenyapkannya.

54. Syahhamiyah / Sifatiyah
Para pengikut dari Abu-Yaqub al-Syahham. Mereka percaya setiap sesuatu ditakdirkan dengan dua takdir, satu Pencipta dan yang lain penerima.

55. Khaiyatiyah / Makhluqiyah
Para pengikut dari Abu-al-Husain al-Khaiyat. Mereka percaya bahwa setiap sesuatu yang tidak ada merupakan satu tubuh sebelum ia muncul, seperti manusia sebelum kelahiranya adalah tubuh dalam ketiadaan. Juga setiap sifat menjadi ada ketika ia mengadakan kemunculannya.

56. Ka’biyah
Para pengikut dari Abu-Qasim Abdullah ibnu Ahmad ibnu Mahmud al-Banahi dikenal sebagai al-Ka’bi. Mereka percaya bahwa Allah tidak melihat Diri-Nya Sendiri tidak pula orang lain kecuali dalam perasaan bahwa Dia mengetahui Diri-Nya Sendiri dan yang lain.

57. Jubbaiyah
Para pengikut dari Abu-’Ali al-Jubbai. Mereka percaya bahwa Allah mengikuti hamba-hamba-Nya ketika Dia memenuhi keinginan mereka.

58. Bahsyamiyah
Para pengikut dari Abu-Hasyim. Mereka percaya bahwa orang yang berniat untuk berbuat buruk, walau dia mungkin tidak melakukannya, dianggap berbuat jahat dan menerima hukuman.

59. Ibriyah.
Mereka percaya bahwa Nabi Suci Muhammad (s.a.w.)adalah seorang bijak tapi bukan seorang nabi.

60. Muhkamiyah
Mereka percaya bahwa Tuhan tak punya kendali atas makhluk-makhluk-Nya.

61. Qabariyyah
Mereka tidak percaya azab kubur.

62. Hujjatiyah
Mereka tidak percaya pada hukuman (balasan) bagi perbuatan atas dasar bahwa karena setiap sesuatu ditakdirkan maka apa pun yang orang lakukan dia tidak bertanggung jawab untuk itu.

63. Fikriyyah
Mereka percaya bahwa amal Dzikr and Fikr (ingat dan berpikir tentang Allah) adalah lebih baik dari pada ibadah.

64. ‘Aliwiyah / Ajariyah
Mereka percaya bahwa Hadhrat Ali(ra.) berbagi kenabian dengan Muhammad (s.a.w.).

65. Tanasikhiya
Mereka percaya pada penitisan ruh.

66. Raji’yah
Mereka percaya bahwa Hadhrat Ali ibnu Abi-Talib akan kembali ke dunia ini.

67. Ahadiyah
Mereka percaya pada Fardhu (wajib) dalam agama tapi menolak sunnah.

68. Radidiyah
Mereka percaya bahwa dunia ini akan hidup (ada) selamanya.

69. Satbiriyah
Mereka tidak percaya pada penerimaan taubat.

70. Lafziyah
Mereka percaya bahwa Al-Qur-an adalah bukan kalam Tuhan tapi hanya artinya dan inti sarinya adalah kalam Tuhan. Kata-kata dari Al-Qur-an adalah hanya perkataan orang yang menuturkan.

71. Asyariyah
Percaya bahwa Qiyas (mengambil misal) adalah salah dan mengandung kekafiran.

72. Bada’iyah
Mereka percaya bahwa taat kepada Amir adalah wajib tak peduli apa pun yang dia perintahkan.
Affiliate Program Get Money from your Website
Adapun untuk pembagianya sebagai berikut




1. Mu'tazilah :20

2. Syiah : 20


3. Khawarij : 07


4. Murjiah : 05


5. Nujariyah : 03


6. Jabariyah : 01


7. Musyabbahah : 01

8. Najiyah : 01


1.Golongan Muktazilah

terbagi menjadi dua puluh kelompok , iaitu:

1. Al Washiliyah

2. Al Amriyah


3. Al Hudzailiyah


4. An-Nizhamiyah


5. Al Aswariyah

6. Al lskafiyah

7. Al Ja'fariyah

8. Al Basyariyah

9. Al Mizdariyah

10. Al Hisyamiyah

11. Ash-Shalihiyah

12. Al Khithabiyah

13. Al Hadbiyah

14. Al Ma'mariyah

15. Ats-Tsamaniyah

16. Al Khiyathiyah

17. Auahiziyah

18. Al Ka'biyyah

19. Al Jabaiyah

20. Al Bahsyamiyah

Ahli Kalam (Mutakallimin)
Ahli kalam ialah golongan dari kelompok yang keluar dari Muktazilah yang mengikuti Ahlu Sunah Wal Jamaah tetapi masih berpegang kepada tauhid Muktazilah. Mereka kebanyakannya dari kelompok hizbiyyun Asyairah (berasal dari Muktazilah) dan Suffiyah (berasal dari Syiah). Ahli-ahli Kalam memerlukan falsafah dan mantiq (ilmu logik) dalam mentakwil al-Quran dan hadis. Kelompok ini pula berpecah lagi menjadi ahli falsafah apabila bergabung dengan sufi.


Imam Syafi’i ketika memasuki kota Mesir mengatakan, “Kami tinggalkan kota Baghdad sementara di sana kaum zindiq (menyeleweng; aliran yang tidak percaya kepada Tuhan, berasal dari Persia; orang yang menyelundup ke dalam Islam, berpura-pura –menurut Leksikon Islam, 2, hal 778) telah mengadakan sesuatu yang baru yang mereka namakan assama’ (nyanyian).
Kaum zindiq yang dimaksud Imam Syafi’i adalah orang-orang sufi. Dan assama’ yang dimaksudkan adalah nyanyian-nyanyian yang mereka dendangkan. Sebagaimana dimaklumi, Imam Syafi’i masuk Mesir tahun 199H.


Perkataan Imam Syafi’i ini mengisyaratkan bahwa masalah nyanyian merupakan masalah baru. Sedangkan kaum zindiq tampaknya sudah dikenal sebelum itu. Alasannya, Imam Syafi’i sering berbicara tentang mereka di antaranya beliau mengatakan:
“Seandainya seseorang menjadi sufi pada pagi hari, maka siang sebelum dhuhur ia menjadi orang yang dungu.”
Dia (Imam Syafi’i) juga pernah berkata: “Tidaklah seseorang menekuni tasawuf selama 40 hari, lalu akal­nya (masih bisa) kembali normal selamanya.” (Lihat Talbis Iblis, hal 371).


Di antara­nya ketika seseorang datang kepadanya sambil meminta fatwa ten­tang perkataan Al-Harits Al-Muhasibi (tokoh sufi, meninggal 857M). Lalu Imam Ahmad bin Hanbal berkata:
“Aku nasihatkan kepadamu, janganlah duduk bersama mereka (duduk dalam majlis Al-Harits Al-Muhasibi)”.


Imam Ahmad memberi nasihat seperti itu karena beliau telah melihat majlis Al-Harits Al-Muhasibi. Dalam majlis itu para peserta duduk dan menangis –menurut mereka– untuk mengoreksi diri. Mereka berbicara atas dasar bisikan hati yang jahat.
2.Golongan Syiah 

pertama kali terbagi menjadi tiga kelompok

1. Ghulah

2. Zaidiyah


3. Imamiyah





Golongan Syiah Ghulah






terbagi menjadi delapan belas kelompok kecil, iaitu:





1. As-Sab'iyyah





2. Al Kamiliyah





3. Al Bayaniyah





4. Al Mughiriyah







5. Al Janahiyah








6. Al Manshuriyah






7. Al Khithabiyah






8. Al Gharabiyah






9. Adz-Dzammiyah






10. Al Hisyamiyah






11. Az-Zarariyah






12. Al Yunusiyah






13. Asy-Syaithaniyah






14. Ar-Razamiyah






15. Al Mufawadhah






16. Al Bidaiyah






17. An-Nashariyah






18. Al Ismailiyyah










Golongan Syiah Al Ismailiyah








terbagi menjadi ke dalam enam kelompok kecil, iaitu:








1. Al Bathiniyah








2. Al Qurmuthiyah








3. Al Haramiyah






4. As-Sab'iyyah






5. Al Babikiyah






6. Al Hamdiyah










Syiah Zaidiyah









terbagi menjadi tiga kelompok, iaitu:








1. Jarudiyah








2. As-Sulaimaniyah








3. Al Batiriyah








Golongan Al Imamiyah


Hanya ada satu kelompok. Di antaranya: Suatu kaum terlalu mengagungkan para guru (syaikh) mereka, hingga menyifatkan mereka dengan hal-hal yang tidak mereka miliki. Orang pandai dari mereka menganggap tidak ada wali bagi Allah yang lebih besar daripada fulan, bahkan mungkin menutup pintu kewalian dari seluruh umat kecuali orang yang disanjungnya. Ini adalah kebatilan mutlak dan keji, kerana orang-orang terakhir selamanya tidak akan mencapai martabat orang-orang terdahulu, sebab sebaik-baik zaman adalah zaman orang-orang yang melihat Rasulullah dan beriman kepadanya, kemudian orang-orang setelahnya, dari ini berlalu sampai Hari Kiamat.

Pemeluk Islam yang paling kuat memegang agama serta melaksanakan ajaran dan keyakinan adalah orang-orang pada masa awal Islam, kemudian terus menurun sedikit demi sedikit sampai akhir dunia. Kebenaran tidak akan hilang secara menyeluruh, pasti ada kelompok yang tetap melaksanakan dan meyakininya serta mengerjakan tuntutannya sesuai kadar keimanan mereka. Tetapi, segala sisinya tidak seperti keadaan orang-orang pertama Islam, kerana seandainya salah seorang dari orang-orang terakhir berinfak emas sebesar gunung Uhud, maka ia tidak akan mencapai nilai satu mud Uhud yang dikeluarkan oleh sahabat Rasulullah, bahkan setengahnya pun tidak. Yang demikian dalam hal harta, dan begitu pula pada seluruh cabang keimanan berdasarkan bukti percobaan yang biasa.


Pada awal kitab yang lalu telah dijelaskan bahawa agama akan terus merosot, dan hal ini tidak diragukan lagi keasliannya. Hal ini menurut Ahlus-Sunnah wal Jamaah. Laki, mengapa setelah itu ia berkeyakinan bahawa dirinya adalah wali penghuni bumi dan tidak ada wali selainnya? Kebodohanlah yang mendominasi, kerana berlebih-lebihan dalam pengagungan dan fanatik terhadap golongan akan membentuk orang sepertinya atau lebih parah darinya.
Orang menengah dari mereka menganggap bahawa ia sama dengan Nabi, akan tetapi ia tidak mendapatkan wahyu. Sebuah berita sampai kepadaku dari kalangan orang yang berlebih-lebihan dalam menyanjung guru mereka dan mengusung tarekatnya menurut persangkaan mereka, seperti yang didakwa oleh murid-murid Al Hallaj (secara objektif) tentang guru mereka. Sementara orang-orang yang berlebih-lebihan menganggap lebih keji dari itu, seperti yang didakwa sahabat-sahabat Al Hallaj tentangnya.


Salah seorang guru yang adil dan jujur dalam penukilan meriwayatkan kepadaku, ia berkata: Aku pernah tinggal beberapa masa pada salah satu pedalaman desa yang di dalamnya terdapat banyak kelompok yang seperti itu. Suatu hari aku keluar dari rumahku untuk menyelesaikan beberapa urusan, lalu aku melihat dua orang sedang duduk. Aku mengira keduanya sedang membicarakan beberapa cabang tarekat mereka, maka aku mendekati keduanya secara sembunyi-sembunyi untuk mendengar percakapan mereka, —kerana kebiasaan mereka adalah menyembunyikan rahsia mereka— maka aku mendengar keduanya berbicara tentang guru mereka dan kebesarannya di mata mereka; bahawa tidak ada seorang pun di dunia ini yang sepertinya. Keduanya terlihat sangat bangga dan bahagia dengan pertemuan ini. Kemudian salah seorang dari keduanya berkata kepada yang lain, "Apakah kamu suka kebenaran? Ia adalah nabi." Orang yang satunya menjawab, "Benar, inilah kebenaran." Lalu aku pergi dari tempat itu dengan berlari kerana takut akan turunnya bencana bersama mereka.


Ini adalah ciri Syi'ah Imamiyyah, dan seandainya tidak kerana sikap berlebih-lebihan dalam agama; bersekongkol untuk memenangkan mazhab dan cinta terhadap pembuat bid'ah, maka hal itu tidak akan mempengaruhi akal seorang pun. Akan tetapi Nabi bersabda,


"Sungguh kalian akan mengikuti sunah-sunah umat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, lalu sehasta demi sehasta."


Mereka berlebih-lebihan seperti orang-orang Nasrani yang berlebih-lebihan terhadap Isa AS, mereka berkata, 'Sesungguhnya Allah adalah Isa bin Maryam,' maka Allah berfirman, 'Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, Janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus. "(Al Maa' idah: 77)
Dalam sebuah hadits dijelaskan,
"Janganlah kalian berlebih-lebihan memujiku seperti orang-orang Nasrani memuji Isa bin Maryam, tapi katakanlah, 'Hamba Allah dan utusan Allah'."


Orang yang memperhatikan kelompok-kelompok ini pasti akan mendapatkan bid'ah-bid'ah dalam banyak masalah furu 'syariah, kerana apabila bid'ah masuk pada hal-hal yang bersifat ushul, maka akan mudah masuk pada hal-hal yang bersifat furu'.


3.Golongan Khawarij


terbagi menjadi tujuh kelompok, iaitu:


1. Al Mahkamiyah


2. Al Baihasiyah




3. Al Azariqah




4. An-Najdat


5. Al Abadhiyah







terbagi menjadi empat kelompok, iaitu:





a.Al Hafshiyah





b. Al Yazidiyah





c. Al Haritsiyah





d. Al Muthi'iyah




6. Al Ajaridah






terbagi menjadi sebelas kelompok, di antaranya iaitu:





a. Al Maimuniyah





b. Asy-Sya'ibiyah





c. Al Hazimiyah





d. Al Hamziyah





e. Al Ma'lumiyah





f. Al Majhuliyah





g. Ash-Shalatiyah





h. Ats-Tsa'labiyah





Ats-Tsa'labiyah terbagi lagi menjadi empat kelompok, iaitu:







a.AI Akhnasiyah






b.AI Ma'badiyah






c.Asy-Syaibaniyah







d.Al Mukramiyah




Jadi, semuanya berjumlah enam puluh dua kelompok.


4.Golongan Murjiah

terbagi menjadi lima kelompok, iaitu:

1. Al Ubaidiyah

2. Al Yunusiyah


3. Al Ghasaniyah


4. Ats-Tsaubaniyah


5. Ats-Tsaumaniyah



5.Golongan An-Nujariyah

terbagi menjadi tiga kelompok, iaitu:

1. Al Barghutsiyah

2. Az-Za'faraniyah


3. Al Mustadrakah



6.Al Jabariyah

terbagi menjadi satu kelompok.


7.Al Musyabbahah

terbagi menjadi satu kelompok.


8.An- Najiyah 




Terbagi menjadi satu klompok





Jumlah ini sesuai dengan penjelasan dalam hadis shahih.
Puak Bid’ah Tegar (Mubtadi)
Sekelompok ulama mengatakan bahawa akar bid'ah ada empat golongan selain sufiyyah. Seluruh kelompok yang berjumlah tujuh puluh dua kelompok ini merupakan pecahan dari empat golongan tersebut. Mereka adalah
1. Khawarij,
2. Rawafidh (Rafidhah),
3. Al Qadariyah, dan
4. Al Murji'ah.
5. Sufi

Yusuf bin Asbath berkata, "Kemudian masing-masing kelompok tersebut terpecah menjadi delapan belas kelompok, sehingga semuanya menjadi tujuh puluh dua kelompok. Sedangkan kelompok yang ketujuh puluh tiga adalah Firqah An-Najiyah."

Khawarij Paling Hampir Dengan Syiah
Pada kelompok yang telah diperingatkan oleh syariat, seperti kaum Khawarij. Kelompok yang paling dekat dengan mereka adalah kelompok Syiah. Al Mahdi Al Maghribi. Pada mereka ini tampak jelas dua hal yang diberitahukan oleh Rasulullah mengenai kaum Khawarij:


a. Membaca Al Qur’an namun bacaan Al Qur’annya tidak melewati kerongkongan mereka.

b. Memerangi ahlul Islam (kaum Muslim) dan membiarkan para penyembah berhala. Mereka memerangi kaum Muslim dengan cara takwilan yang rosak terhadap nash-nash (Al Qur’an dan hadis). Mereka mengasingkan diri dan tidak mahu memerangi orang-orang kafir, baik dari kaum Nasrani, kelompok yang ada di sekitarnya, mahupun kelompok lainnya (yang sesat).

c. Membaca Al Qur’an dan membacakannya (kepada orang lain) hingga mereka membuat hal-hal (hukum) baru dalam Al Qur’an, padahal mereka tidak memahaminya dan tidak mengetahui maksud dari ajaran Al Qur’an tersebut. Oleh kerana itu, mereka membuang jauh-jauh kitab-kitab para ulama dan menyebut kitab-kitab tersebut sebagai kitab yang hanya berdasarkan logika. Mereka membakar dan merobek kulit Al Qur’an. Padahal, para ulama ahli fiqihlah yang bertugas menjelaskan makna-makna yang terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah, yang mereka tuangkan dalam kitab-kitab mereka dengan cara yang sepatutnya.


d. Menganggap para ulama sebagai kaum Mujassimun (kelompok yang mengatakan bahawa Allah memiliki jism [tubuh]). Mereka juga menganggap ulama-ulama bukanlah orang-orang yang mengesakan Allah.


Puak Bukan Ahli Bid’ah
Seperti yang dikatakan oleh Ath-Tharthusyi, mereka yang tidak digolongkan sebagai ahli bid'ah. Contoh:
1. Golongan Qadariyah, mereka menafikan aradh. Alasannya, tidak ada cara untuk mengetahui proses terjadinya alam dan Sang Pencipta selain dengan menetapkan aradh tersebut.
2. Golongan Al Haluliyah.
3. Golongan An-Nashiriyah.
4. Kelompok-kelompok Syiah Ghulah.

Tentang kaum Qadariyah terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ibnu Umar, bahawa Rasulullah bersabda,


عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْقَدَرِيَّةُ مَجُوسُ هَذِهِ الْأُمَّةِ إِنْ مَرِضُوا فَلَا تَعُودُوهُمْ وَإِنْ مَاتُوا فَلَا تَشْهَدُوهُمْ
"Kaum Qadariyah merupakan Majusi umat ini (Islam). Jika mereka sakit maka janganlah kalian menjenguk mereka, dan jika mereka meninggal dunia maka janganlah kalian menyaksikan (menguburkan)nya." (Hadis Riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah)


Diriwayatkan dari Hudzaifah, bahawa Rasulullah bersabda,
"Pada setiap umat terdapat kaum Majusi. Sedangkan Majusi umat ini adalah mereka yang berkata, 'Tidak ada qadr. 'Jika ada di antara mereka yang meninggal dunia, maka janganlah kalian menyaksikan (menguburkan) jenazah mereka. Jika ada yang sakit dari mereka, maka janganlah kalian menjenguknya. Mereka adalah kelompok Dajjal. Hak Allah untuk mengkategorikan mereka sebagai Dajjal."


Hadis ini menurut ahlu naql {ahli hadis) tidak shahih. Penulis kitab Al Mughni berkata, "Tidak ada yang shahih sedikit pun dalam hadis itu."


صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِي لَيْسَ لَهُمَا فِي الْإِسْلَامِ نَصِيبٌ الْمُرْجِئَةُ وَالْقَدَرِيَّةُ
"Dua kelompok dari ummatku yang keduanya tidak termasuk bahagian dari Islam iaitu Al Qadariyah dan Murji'ah." (Hadis Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah)


Diriwayatkan dari Muadz bin Jabal dan yang lain secara marfu bahawa Rasulullah bersabda,
" Golongan Qadariyah dan Murjiah dilaknat oleh lisan tujuh puluh nabi. Nabi yang terakhir di antara mereka (yang melaknat) adalah Muhammad."


يَقُولُ إِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي مَسْخٌ وَقَذْفٌ وَهُوَ فِي الزِّنْدِيقِيَّةِ وَالْقَدَرِيَّةِ
Akan ada pada umatku Maskh (mereka yang dirubah rupanya dengan rupa haiwan) dan Qadzaf (yang menuduh orang baik berbuat keji) iaitu pada orang-orang Zindik dan Qadariyah." (Hadis Riwayat Ahmad)

NASIRUDDIN AL-TUSI (1201 – 1274 M) ( Astronom Kawakan Jauh SebelumCopernicus)



nasiruddin-al-tusi-ilustrasi-_120524230623-935Biografi Nasiruddin Ath-Thusi

Nasiruddin Ath-Thusi dikenal sebagai “ Ilmuan serba bisa “ (Multi talented). Julukan (laqob) itu rasanya amat pantas disandangnya karena sumbangannya bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern sungguh tak ternilai besarnya. Selama hidupnya, ilmuan Muslim dari Persia itu mendedikasikan diri untuk mengembangkan berbagai ilmu, seperti astronomi, biologi, kimia, matematika, filsafat, kedokteran, hinga ilmu agama islam.

Serjan Muslim yang kemansyhurannya setara dengan teolog dan filsuf besar sejarah gereja seperti Thomas Aquinas, memiliki nama lengkap Abu Ja’far Muhammad bin Muhammad bin Al-Hasan Nasiruddin Ath-Thusi. Ia lahir pada tanggal 18 Februari tahun 1201 M / 597 H, di kota Thus yang terletak di dekat Mashed, disebelah timur lautan Iran. Sebagai seorang Ilmuan yang amat kondang pada zamannya, Nasiruddin memiliki banyak nama antara lain, Muhaqqiq, Ath-Thusi, Khuwaja Thusi, dan Khuwaja Nasir.
Affiliate Program Get Money from your Website
Nasiruddin lahir pada awal abad ke 13 M, ketika itu dunia islam telah mengalami masa-masa sulit. Pada saat itu, kekuatan militer Mongol yang begitu kuat menginvensi wilayah kekuasaan Islam yang amat luas. Kota-kota Islam dihancurkan dan penduduknya dibantai habis tentara Mongol dengan sangat kejam. Hal itu dipertegas J.J.O’Connor dan E.F.Robertson, bahwa pada masa itu, dunia diliputi kecemasan. Hilang rasa aman dan ketenangan itu membuat banyak ilmuwan sulit untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya. Nasiruddin pun tak dapat mengelak dari konflik yang melanda negerinya. Sejak kecil, Nasiruddin digembleng ilmu oleh ayahnya yang beprofesi sebagai ahli hukum di sekolah Imam Kedua Belas.

Selain digembleng ilmu agama di sekolah itu, Ath-Thusi mempelajari Fiqih, Ushul, Hikmah dan Kalam, terutama Isyarat-nya Ibnu Sina, dari Mahdar Fariduddin Damad,dan Matematika dari Muhammad Hasib, di Nishapur. Dia kemudian pergi ke Baghdad di sana, dia mempelajari ilmu pengobatan dan Filsafat dari Qutbuddin,dan juga Matematika dari Kamaluddin bin Yunus dan Fiqih serta Ushul dari Salim bin Bardan.

Pada tahun 1220 M, invasi militer Mongol telah mencapai Thus dan kota kelahiran Nasiruddin pun dihancurkan. Ketika situasi keamanan tak menentu, penguasa Islamiyah ‘Abdurahim mengajak sang ilmuwan untuk bergabung. Tawaran itu tidak disia-siakannya, Nasiruddin pun bergabung menjadi salah seorang pejabat istana Islamiyah. Selama mengabdi di istana itu, Nasiruddin mengisi waktunya untuk menulis beragam karyanya yang penting tentang logika, filsafat, matematika, serta astronomi. Karya pertamanya adalah kitab Akhlaq-I Nasiri yang ditulisnya pada tahun 1232 M.

Pasukan Mangol yang dipimpin Hulagu Khan – cucu Chinggis Khan pada tahun 1251 M akhirnya menguasai Istana Alamut dan meluluhlantakkannya. Nyawa Nasiruddin selamat karena Hulagu ternyata sangat menaruh minat terhadap ilmu pengetahuan. Hulagu yang dikenal bengis dan kejam, tapi Nasiruddin diperlakukan dengan penuh hormat. Dia pun diangkat Hulagu menjadi panesehat dibidang Ilmu Pengetahuan. Meskipun telah m,enjadi panesehat pasukan Mangol, Nasiruddin tidak mampu menghentikan ulah dan kebiadapan Hulagu Khan yang membumi hanguskan kota metropolis intelektual dunia yaitu kota Baghdad, pada tahun 1258 M. terlebih disaat itu, dinasti Abbasiyah berada dalam kekuasaan Khalifah Al-Musta’sim yang lemah. Terbukti pada militer Abbasiyah tak mampu membendung gempuran pasukan Mongol.

Meskipun tak mampu mencegah terjadinya serangan bangsa Mongol, paling tidak Nasiruddin bisa menyelamatkan diri dan masih berkesempatan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. “Hulagu sangat bangga sekali karena berhasil menakhlukkan Baghdad dan lebih bangga lagi karena ilmuan terkemuka seperti Ath-Thusi bisa bergabung bersamanya” paparan O’Connor dan Robertson dalam tulisan nya tentang Sejarah Nasiruddin sebagaimana dalam tulisan Heri Ruslan.

Hulagu sangat senang sekali ketika Nasiruddin mengungkapkan rencananya untuk membangun Observatorium di Maragha. Saat itu, Hulagu telah menjadikan wilayah Malagha yang berada wilayah Azerbaijan sebagai ibu kota pemerintahannya. Pada tahun 1259 M. Nasiruddin pun mulai membangun Observatorium yang megah. Jejak dan bekas bangunan observatorium itu masih ada dan dapat kita jumpai sampai sekarang ini. Observatorium Maragha mulai beroperasi pada tahun 1262 M. pembangunan dan operasional observatorium itu melibatkan serjana dari Persia dibantu astronom dari Cina. Teknologi yang digunakan di observatorium itu terbilang canggih pada zamannya. Beberapa peralatan dan teknologi penguak luar angkasa yang digunakan di observatorium itu ternyata merupakan penemuan dari Nasiruddin, yang salah satunya yaitu Kuadran Azimuth. Selain itu juga, dia membangun perpustakaan di observatorium itu, koleksi buku-bukunya terbilang lengkapyakni terdiri dari beragam Ilmu-ilmu pengetahuan. Ditempat itu, Nasiruddin tak Cuma mengembangkan bidang astronomi saja. Dia pun turut mengembangkan filsafat dan matematika

Di observatorium yang dipimpinnya itu, Nasiruddin Ath-Thusi berhasil membuat table pergerakan planet yang akurat. Kontribusi lainnya yang amat penting bagi perkembangan astronomi adalah kitab Zij-Ilkhani yang ditulis dalam bahasa Persia dan lalu diterjemahkan kedalam bahasa arab. Kitab itu disusun stelah 12 tahun memimpin observatorium Maragha. Selain itu Nasiruddin juga berhasil menulis kitab terkemuka lainnya yang berjudul At-Tadhkira fi’ilm Al-hay’a ( Memoar Astronomi ). Nasiruddin mampu memodifikasi model semesta apisiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit. Nasiruddin meningal dunia pada tahun 672 H / 1274 M dikota Baghdad, yang pada saat itu dibawah pemrintahan Abaqa ( Pengganti Hulagu ) yang masih mendapat dukungan sampai akhir hayatnya.




  1. Integralitas Pemikiran


Abad 13 adalah masa kritis “kekhalifahan” Islam, sehingga sangat sedikit pemikiran politik yang berkembang. Bahkan sulit menemukan pemikir politik yang orisinal pada periode pasca-mongol tersebut. Akan tetapi kita mengenal Nasiruddin Al Tusi, seorang pemikir cemerlang yang memainkan peran intelektual dan pemikiran pemerintahan pada masanya. Beliau mempelajari filsafat Yunani dan filsafat Islam seperti karya-karya Aristoteles, Al Farabi, Ibn Sina dan sebagainya. Beliau juga dikenal ahli dalam bidang teologi dan fikih yang sangat berpengaruh di Nisapur, sebuah kota yang menjadi pusat peradaban berpengaruh.

Beliau juga dikenal sebagai seorang astrolog handal serta menguasai matematika. Walaupun keahliannya ini menjadikannya tidak bebas dan dipaksa bekerja hampir dua puluh tahun sebagai astrolog di sebuah benteng Alamut dibawah kekuasaan dinasti Nizari-Islamiliyah. Menurut Antony Black, At Thusi tidak pernah menjadi pengikut Islamiliyah, kendati ide-ide Ismailiyah muncul dalam karyanya, yang kelihatannya telah diedit sebagian dikemudian hari. Bisa jadi at-Thusi juga menulis sebuah ringkasan tentang ajaran-ajaran Nizari Islamiliyah yang berjudul ‘Rawdhah alTaslim’ atau Tashawurat.

Dalam pemikiran agama, al-Tusi mengadopsi ajaran-ajaran neo-Platonik Ibn Sina dan Suhrawardi, yang keduanya ia sebut, demi alasan-alasan taktis, “orang bijak” (hukuma) bukan sebagai Filsuf. Akan tetapi, berbeda dari Ibn Sina, ia berpendapat bahwa eksistensi Tuhan tidak bisa dibuktikan, akan tetapi sebagaimana doktrin Syiah, manusia membutuhkan pengajaran yang otortatif, sekaligus filsafat. Ini menunjukkan kecenderungan teologi mistisnya.

Dalam pemikiran politik, al Tusi cenderung menyintesiskan ide-ide Arsatoteles dan tradisi Iran. Ia menggabungkan filsafat dengan genre Nasehat kepada Raja, sehingga ia tetap memelihara hubungan antara Syiah dan filsafat. Buku etika-nya disajikan sebagai sebuah karya filsafat praktis. Karya ini membahas persoalan individu, keluarga, dan komunitas kota, provinsi, desa atau kerajaan. Pembahasan bagian I menggunakan etika Miskawaih, bagian II menggunakan ide Bryson dan Ibn Sina, dan bagian III menggunakan pemikiran Al Farabi.

Nasiruddin Al Tusi bermaksud menyatukan filsafat dan fikih berdasarkan pemikiran bahwa perbuatan baik mungkin saja didasarkan atas fitrah atau adat. Fitrah memberikan manusia prinsip-prinsip baku yang dikenal sebagai pengetahuan batin dan kebijaksanaan. Sedangkan adat merujuk pada kebiasaan komunitas, atau diajarkan oleh seorang nabi atau imam, yaitu hukum Tuhan, dan ini merupakan pokok bahasan fikih. Keduanya dibagi lagi menjadi norma-norma untuk 1). Individu, 2). Keluarga, dan 3). Penduduk desa atau kota. Menurutnya filsafat mempunyai kebenaran-kebenaran yang tetap sedangkan fikih ataupun hukum Tuhan mungkin berubah karena revolusi atau keadaan, perbedaan zaman dan bangsa serta terjadinya peralihan dinasti.  Beliau menafsirkan Negara atau dinasti seperti dawlah menurut pandangan Ismailiyah, hal ini terlihat dari pandangannya tentang perubahan pada hukum Tuhan oleh nabi-nabi, penasiran fuquha dan juga para imam. Sehingga at-Tusi menganggap syariat sebagai suatu tatanan hukum yang tidak mutlak dan final, sebagaimana diyakini kalangan Sunni.


  1. Karya-karya Nasiruddin Ath-Thusi


Benar kalau dikatakan bahwa Ath-Thusi adalah seorang ulama yang menguasai berbagai bidang Ilmu, bukan hanya seorang filsuf semata. Hal itu terlihat dari berbagai disiplin keilmuan yang ditulisnya dalam bentuk buku atau kitab.

Meskipun Ath-Thusipandai dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan namun ia bukan seorang ilmuwan / filsuf yang kreatif sebagaimana filsuf yang ada ditimur yang memuat sebelumnya. Ia bukan termaksuk ahli fikir yang kreatif yang memberikan gagasan-gagasan murni yang cemerlang. Hal ini tampak pada kedudukan ia sebagai pengajur gerakan kebangktan kembali dan dalam karya-karyanya kebanyakan bersifat eklektis yakni bersifat memilih dari berbagai sumber. Tetapi meskipun demikian, ia tetap memiliki cirri khas tersendiri dalam menyajikan bahan tulisannya. Kepandaiannya yang beragam sungguh mengagumkan. Minatnya yang banyak dan berjenis-jenis mencakup filsafat, matematika, astronomi, fisika, ilmu pengobatan, mineralogy, music, sejarah , kesusastraan dan dogmatik.

Adapun karya-karya Nasiruddin Ath-Thusi sebagi berikut


  1. Karya dibidang logika diantaranya:

  2. Asas Al-Iqtibas

  3. At-Tajrid fi Al-Mantiq,

  4. Syarh-I Mantiq Al-Isyarat

  5. Ta’dil Al-MI\i’yar

  6. Di bidang metafisika meliputi :

  7. Risalah dar Ithbat-I Wajib,

  8. Itsar-I Jauhar Al-Mufariq,

  9. Risalah dar Wujud-I Jauhar-I Mujarrad,

  10. Risalah dar Itsbat-I ‘Aqi-I Fa’al,

  11. Risalah Darurat-I Marg,

  12. Risalah Sudur Kharat Az Wahdat,

  13. Risalah ‘Ilal wa Ma’lulat Fushul,

  14. Tashawwurat,

  15. Talkis Al-Muhassal dan

  16. Hall-I Musykilat Al-Asyraf.

  17. Di bidang etika meliputi :

  18. Akhlak-I Nashiri,

  19. Ausaf Al-Asyarf.

  20. Sementara di bidang dogmatik adalah :

  21. Tajrid Al’Aqa’id,

  22. Qawa’id Al-‘Aqa’id,

  23. Risalah-I I’tiqodat.

  24. Di samping itu, beberapa karyanya dalam bidang astronomi terangkum pada :

  25. Al-Mutawassithat Bain Al-Handasa wal Hai’a,: buku suntingan dari sejumlah karya Yunani, Ikhananian Table ( penyempurnaan Planetary Tables )

  26. Kitab At-Tazkira fi al-Ilmal-hai’a; buku ini terdiri dari atas empat bab ( I ) pengantar geometrik dan sinematika dengan diskusi-diskusi tentang saat berhenti, gerak-gerik sederhan, dan kompleks. ( II ) pengertian-pengertian astronomikal secara umum, perubahan sekular pembiasan ekliptik. Sebagian bab ini diterjemahkan oleh Carr De Vaux penuh dengan kritikyang tajam atas Almagest karya Ptolemy. Kritikan ini merupakan pembuka jalan bagi Copernicus, terutama pembiasan-pembiasan pada bulan dan gerakan dalam ruangan planet-planet.( III ) bumi dan pengaruh benda-benda angkasa atasnya, termaksuk di dalamnya tentang laut, angin, pasang surut, serta bagaimana hal ini terjadi. ( IV ) besar dan jarak antar planet.

  27. Zubdat Al-Hai’a 9 yang terbaik dari astronomi),

  28. Al-Tahsil fil An-Nujum,

  29. Tahzir Al-Majisti,

  30. Mukhtasar fial-ilm At-Tanjim wa Ma’rifat At-Taqwin ( ringkasan astrologi dan penanggalan),

  31. Kitab Al-Bari fi Ulum At-Taqwim wa Harakat Al-Afak wa Ahkam An-Nujum ( buku terunggul tentang Almanak, gerak bintang-bintang dan astrologi kehakiman ).

  32. Di bidang arritmatika, geometri, dan trogonometri adalah :

  33. Al-Mukhtasar bi Jami Al-Hisab bi At-Takht wa At-Turab ( ikhtisar dari seluruh perhitungan dengan tabel dan bumi ),

  34. Al-Jabr wa Al-Muqabala ( risalah tetang Al-Jabar )

  35. Al-Ushul Al-Maudua ( risalah mengenai Euclidas Postulate ),

  36. Qawa’id Al-Handasa ( kaidah-kaidah geometri ),

  37. Tahrir al-Ushul,

  38. Kitab Shakl Al-Qatta ( risalah tentang Trilateral ), sebuah karya dengan keaslian luar biasa, yang ditulis sepanjang abad pertengahan. Buku tersebut sanagat berpengaruh di Timur dan di Barat sehingga menjadi rujukan utama dalam penelitian trigonometri.

  39. Di bidang optic, ia tuangkan keilmuannya tersebut dalam

  40. Tahrir Kitab Al-Manazir,

  41. Mabahis Finikas Ash-Shu’ar wa in Itaafiha ( penelitian tentang refleksi dan defleksi sinar-sinar).

  42. Di bidang seni ( syair ) meskipuntidak sekeliber Omar Khayam atau pun Jalaluddin Rumi, ia juga mampu menghasilkan karya yang diabadikan dalam buku yang berjudul Kitab fi Ilm Al-Mau-Siqi dan Kanz At-Tuhaf.

  43. Karya di bidang medical adalah kitab Al-Bab Bahiyah fi At-Tarakib As-Sultaniyah; buku ini bercerita tentang cara diet, peraturan-peraturan kesehatan dan hubungan seksual.


Semoga Bermanfaat,
Affiliate Program Get Money from your Website
Info:

Sobat punya Web/Blog???!!  Buat nambah penghasilan, Pasang Iklan di blog/Webnya Untuk Daftar KLIK DISINI

Pasang benner di blog Sobat.atau DAFTAR DISINI

Thursday, May 15, 2014

IBNU AL HAITSAM (Ilmuan di bidang Optik dengan kamus optiknya "Kitab AlMunazhir" Jauh sebelum Roger Bacon,Leonardo da Vinci,Kepler dan Newton

ibnu al-haithamNama lengkapnya adalah Abu Ali Muhammad Al Hassan ibnu Al-Haitsam, Ia dilahirkan di Bashrah-salah satu kota di Irak sekarang- pada tahun 354 H/965 M. dan wafat di Kairo pada tahun 1039 M. Ibnu al-Haitsam terkadang dipanggil dengan nama al-Bashri,nama ini dinisbatkan kepada kota kelahirannya di Bashrah,Irak. Di Eropa Ibnu Al-Haitsam lebih dikenal dengan nama Alhazen (dalam bahasa Latin), nama ini dinisbatkan kepada nama depannya yakni al-Hassan.

Saat muda Ia mendapatkan pendidikan di Basrah Irak, kemudian atas permintaan Khalifah al-Hakim bi Amrillah Ia pergi ke Mesir untuk menangani permasalahan banjir sungai Nil, namun Ia mengalami kegagalan. Sebuah sumber menyebutkan bahwa untuk menghindari hukuman berat dari al-Hakim ia kemudian berpura-pura sakit ingatan, dan hanya dihukum penjara. Konon, di dalam penjara gelap yang disinar seberkas sinar dari atas celah inilah ia mengamati berbagai fenomena optik. Terlepas dari kebenaran cerita tersebut, Ibnu al-Haitsam nyatanya menghasilkan berbagai karya dalam bidang sains alam yang sebagiannya masih bisa ditemukan hingga saat ini.
Affiliate Program Get Money from your Website
Kecintaannya kepada ilmu telah membawanya berhijrah ke Mesir. Selama di sana Ia melakukan beberapa penyelidikan mengenai aliran Sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai matematika dan falak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang cadangan dalam menempuh perjalanan menuju Universitas Al-Azhar.

Al-Haitsam akhirnya dapat mengenyam pendidikan di Universitas al-Azhar yang didirikan pada masa Kekhalifahan Fatimiyah. Setelah itu, secara otodidak, Ia mempelajari hingga menguasai beragam disiplin ilmu seperti ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan, fisika, dan filsafat.

Secara serius dia mengkaji dan mempelajari seluk-beluk ilmu optik. Beragam teori tentang ilmu optik telah dilahirkan dan dicetuskannya. Dialah orang pertama yang menulis dan menemukan perbagai data penting mengenai cahaya. Konon, dia telah menulis tak kurang dari 200 judul buku.

Begitu besarnya kontribusi Ibnu Al-Haitsam dalam sains sehingga Irak menjadikan gambarnya sebagai mata uang pecahan 10.000 pada tahun 2003.

Ibnu al-Haitsam banyak mempelajari karya karya ilmuwan Yunani terkait dengan bidang optik yakni karya Euclides dan Ptolemy, namun setelah ditelaah terdapat banyak kekeliruan dan Ibnu Al-Haitsam meluruskan pendapat kedua ilmuwan Yunani tersebut.

Sebelum Ibnu Al-Haitsam terdapat ilmuwan muslim yang lebih dahulu mengadakan penyelidikan terhadap ilmu optik,yakni Al-Kindi, Ia mencurahkan pikirannya untuk mengkaji ilmu optik. Hasil kerja kerasnya mampu menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi cahaya serta prinsip-prinsip persepsi visual. Buah pikir Al-Kindi tentang optik terekam dalam kitab berjudul De Radiis Stellarum. Buku yang ditulisnya itu sangat berpengaruh bagi sarjana Barat seperti Robert Grosseteste dan Roger Bacon.

Seabad kemudian, sarjana Muslim lainnya yang menggembangkan ilmu optik adalah Ibnu Sahl (940 M - 1000 M). Sejatinya, Ibnu Sahl adalah seorang matematikus yang mendedikasikan dirinya di Istana Baghdad. Pada tahun 984 M, dia menulis risalah yang berjudul On Burning Mirrors and Lenses (pembakaran dan cermin dan lensa). Dalam risalah itu, Ibnu Sahl mempelajari cermin membengkok dan lensa membengkok serta titik api cahaya.

Ibnu Sahl pun menemukan hukum refraksi (pembiasan) yang secara matematis setara dengan hukum Snell. Dia menggunakan hukum tentang pembiasan cahaya untuk memperhitungkan bentuk-bentuk lensa dan cermin yang titik fokus cahanya berada di sebuah titik di poros.

Ibnu Al-Haitsam banyak mengambil rujukan dari kedua tokoh ini. Menurut Howard Turner, Al-Haitham adalah sarjana Muslim yang mengkaji ilmu optik dengan kualitas riset yang tinggi dan sistematis. “Pencapaian dan keberhasilannya begitu spektakuler,” puji Turner.

Ibnu Al-Haitsam telah banyak menulis buku-buku mengenai ilmu optik dan ilmu-ilmu lainnya. Di antara buku, risalah dan makalahnya, hilang sebagaimana hilangnya peninggalan ilmu-ilmu masa silam.Buku-buku yang masih tersisa di antaranya telah ditemukan di perpustakaan Istambul dan London serta perpustakaan lainnya. Di antara karyanya yang masih bisa diselamatkan dari kepunahan adalah kitabnya yang paling besar Al-Manazhir yang meliputi teori-teori temuan jeniusnya di bidang ilmu sinar. Buku ini menjadi rujukan dasar di bidang ilmu mata sampai abad ke-17 M sesudah diterjemahkan kedalam bahasa Latin. Kitab Al-Manazhir merupakan penggerak di bidang ilmu mata.
Online-money exchanger rating
Al-Manazhir—Opticae Theasaurus

Salah satu karya monumental Ibnu Al-Haitsam adalah Al-Manazhir (Bahasa Arab : Bayt Al-Muzlim) yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin dengan nama Opticae Theasaurus. Sebagian besar isi dari buku ini menjelaskan tentang optik. Metode yang dipakai oleh Ibnu Al-Haitsam dalam menulis kitab Al-Manazhir adalah metode eksperimen, sebuah metode ilmiah yang dipakai jauh sebelum orang-orang Barat mengggunakannya.

Ibnu Al-Haitsam mengatakan, kami memulai pembahasan dengan menetapkan sesuatu yang telah ada,menyelidiki teori, membedakan klasifikasinya, mengambil ketetapan apa yang dikhususkan mata saat melihat, dan itu sumber utama yang tidak pernah berubah, kenyataan yang tidak menyerupai tatacara panca indra. Kemudian diangkat dalam pembahasan dan menganalogikan secara berangsur-angsur dan berurutan dengan mengkritik apa yang diutarakan lalu mengambil kesimpulan. Kami menjadikan hal itu sebagai tujuan semula yang kami tetapkan. Kami selidiki untuk dipergunakan secara adil bukan hanya mengikuti hawa nafsu. Kami bebas dengan seluruh apa yang kami pilih dan istimewakan atau mengkritiknya untuk mencari kebenaran, tidak berpihak pada salah satu dari pendapat-pendapat.

Buku ini menjelaskan gambaran penglihatan mata. Ia juga memasukkan metode baru tentang penafsiran pandangan mata. Ibnu Al-Haitsam menulis masalah mata hampir dua puluh empat materi. Dalam kitabnya Ibnu Al-Haitsam tidak menghilangkan teori-teori Bathlemus. Ia mensyarahkan dan mengambil sebagian teorinya untuk disejajarkan dan dijadikan sebagai acuan. Bahkan, Ia menolak sejumlah teori dalam ilmu cahaya setelah Ia menemukan teori baru yang menjadi cikal bakal ilmu mata pada masa mendatang.

Bathlemus menyatakan bahwa penglihatan bisa sempurna dengan sarana cahaya yang memantul dari mata ke benda yang terlihat. Para ilmuwan membenarkan teori ini, kemudian datanglah Ibnu Haitsam membetulkan teori tersebut. Ia menjelaskan bahwa penglihatan bisa sempurna dengan sarana cahaya yang memantul dari benda yang dilihat, dari arah mata yang melihat. Serangkaian penemuan yang diungkap Ibnu Al-Haitsam menjelaskan bahwa pancaran sinar itu menyebar melalui garis lurus sejajar yang terkandung di tengah-tengah dua jenis. Demikian ditetapkan dalam bukunya Al-Manazhir.

Dalam Kitab Al-Manazhir, Ibnu Haitham juga telah menjelaskan mengenai warna matahari terbenam serta beragam fenomena fisika seperti bayangan, gerhana, dan pelangi, dan spekulasi pada fisik alami cahaya.

Berikut ini adalah penjelasan Ibnu al-Haitham dalam Kitab al-Manazhir yang terbukti kebenarannya berdasarkan optik modern:

“Ia menjelaskan bahwa penglihatan merupakan hasil dari cahaya menembus mata dari benda, dengan demikian merupakan bantahan terhadap kepercayaan kuno yang mengatakan bahwa sinar penglihatan datang dari mata.”

“Ia menunjukkan bahwa wilayah kornea mata adalah lengkung dan dekat dengan conjunctiva/penghubung, tetapi kornea mata tidak bergabung dengan conjunctiva.”

“Ia menyarankan bahwa permukaan dalam kornea pada titik di mana ia bergabung dengan foramen mata menjadi cekung sesuai dengan lengkungan dari permukaan luar. Tepi-tepi permukaan foramen dan bagian tengah daerah kornea menjadi bahkan namun tidak satu. “

”Ia terus berupaya oleh penggunaan hiperbola dan geometri optik ke grafik dan merumuskan dasar hukum pada refleksi/penyebaran, dan dalam atmospheric dan pembiasan sinar cahaya. Dia berspekulasi dalam bidang electromagnetic cahaya, yakni mengenai kecepatan, dan perambatan garis lurus. Dia merekam pembentukan sebuah gambar dalam kamera obscura saat gerhana matahari (prinsip dari kamera pinhole).”

”Ia menyatakan bahwa lensa adalah bagian dari mata yang pertama kali merasakan penglihatan.”

”Ia berteori mengenai bagai mana foto dikirim melalui saraf optik ke otak dan membuat perbedaan antara tubuh yang bercahaya dan yang tidak bercahaya.”

Selanjutnya dalam Al-Manazhir ,khususnya dalam teori pembiasan, diadopsi oleh Snellius dalam bentuk yang lebih matematis. Tak tertutup kemungkinan, teori Newton juga dipengaruhi oleh al-Haytham, sebab pada Abad Pertengahan Eropa, teori optiknya sudah sangat dikenal. Karyanya banyak dikutip ilmuwan Eropa. Selama abad ke-16 sampai 17, Isaac Newton dan Galileo Galilei, menggabungkan teori al-Haytham dengan temuan mereka. Juga teori konvergensi cahaya tentang cahaya putih terdiri dari beragam warna cahaya yang ditemukan oleh Newton, juga telah diungkap oleh al-Haytham abad ke-11 dan muridnya Kamal ad-Din abad ke-14.

Siapa saja yang menelaah kotab Al-Manazhir dan bab-bab yang berhubungan dengan cahaya dan lainnya niscaya akan mengetahui bahwa Ibnu Al-Haitsam telah menemukan ilmu cahaya dengan temuan baru yang belum didahului oleh siapapun. Ia mengarang kitab ini pada tahun 411H/1021M dan membuahkan kejeniusan di bidang matematika,kejeliannya di bidang kedokteran,eksperimen ilmiah,hingga dapat sampai pada satu nilai yang diletakkan pada nilai yang sangat tinggi di ruang lingkup ilmu pengetahuan. Ia menjadi salah seorang pencipta dasar-dasar ilmu dan mengubah pandangan ilmuwan dalam banyak hal dalam ruang lingkup masalah diatas.

Salah satu ilmuwan Mesir yang menelaah kitab-kitab peninggalan Ibnu Al-Haitsam adalah Musthafa Nazhif.

Pemikiran Ibnu Al-Haitsam Mengenai Optik

Pada awalnya, masalah mata menurut bangsa Yunani meliputi dua pendapat yang saling bertentangan. Pertama, masuk, artinya masuknya sesuatu semisal materi ke dalam dua kelopak mata. Kedua, menghantar, artinya terjadinya pandangan(mata) itu ketika menghantar sinar dari kedua mata yang dikemukakan oleh materi yang dilihat. Pada waktu itu bangsa Yunani tenggelam dalam peradaban yang mengatakan bahwa mata bekerja sebagaimana dua pendapat diatas. Aristoteles dengan penuh kesungguhan membawa satu perincian pamungkas tentang itu. Demikian juga dengan Euclides di sela-sela kesungguhannya, teori kedua ilmuwan ini hanya sebatas pada penjelasan sempurna tentang mata. Mereka melupakan unsur-unsur fisika, fisiologi, psikologi pada pandangan kasat mata. Mereka berpendapat, pandangan mata terjadi dalam materi tipis yang penyebabnya adalah penglihatan berpijar yang menghantar ke arahnya, yang terjadi disebabkan cahaya, bukan pandangan. Sesuatu yang dipandang dalam sudut besar akan terlihat besar, dan pandangan yang melihat dalam sudut kecil akan tampak kecil. Sementar Bathlemus meskipun memulai tentang petunjuk mata antara ilmu arsitektur dan ilmu fisika, dia bermasalah di akhir penelitiannya, karena apa yang digunakannya sebatas persangkaan, Sebagai hasil temuan untuk sampai pada realita, eksperimen kadang berlaku seiring perjalanan terhadap teori itu.

Ibnu Haitsam mula-mula mengadakan kajian terhadap teori-teori Euclides dan Bathlemus dalam bidang mata. Lalu Ia menjelaskan kesalahan sebagian teori-teori itu. Di sela-sela itu Ia menerangkan sifat rinci tentang mata dan lensa mata dengan perantara kedua mata. Ia menjelaskan radiasi pecahnya cahaya sinar saat menembus udara yang meliputi bulatan bumi secara umum, Ia pecah dari kelurusannya. Ia juga meneliti kebalikannya dan menjelaskan sudut-sudut susunan hal itu. Ia juga meneliti proses bintang langit yang tampak di ufuk saat tenggelam sebelum sampai kepadanya secara nyata, dan kebalikan yang benar saat tenggelam. Kondisi itu tetap terlihat di ufuk setelah bintang tertutup di bawahnya.

Dalam hal teori penglihatan, Ibnu Al-Haitsam juga meluruskan pemikiran Euclides  dan Ptolemy. Euclydes dan Ptolomeus berpendapat bahwa sebabnya maka kita menampak barang-barang yang berkeliling kita adalah lantaran mata kita mengirimkan sinar kepada barang-barang itu. Ibnu Haitham memutar teori itu dan menerangkan bahwa bukanlah oleh karena ada sinar yang dikirimkan oleh mata kepada barang2 yang kelihatan itu, tetapi sebaliknya yaitu matalah yang menerima sinar dari barang-barang itu yang lantas melalui bahagian mata yang dapat dilalui cahaya (transparant) yakni, lensa mata.

Kritik Ibnu Haitham terhadap ahli-ahli purbakala seperti Euclydes dan Ptolemeus tentang penembusan dan perjalanan sinar itu telah menimbulkan satu “revolusi” dalam ilmu tersebut pada masanya itu.

Euclydes dan Ptolomeus berpendapat bahwa sebabnya maka kita menampak barang-barang yang berkeliling kita adalah lantaran mata kita mengirimkan sinar kepada barang-barang itu. Ibnu Haitham memutar teori itu dan menerangkan bahwa bukanlah oleh karena ada sinar yang dikirimkan oleh mata kepada barang2 yang kelihatan itu, tetapi sebaliknya yaitu matalah yang menerima sinar dari barang-barang itu yang lantas melalui bahagian mata yang dapat-dilalui-cahaya (transparant) yakni, lensa mata.

Pengaruh Ibnu Haitham dalam ilmu-sinar itu di Barat berkesan dalam karangan Leonardo da Vinci dan tak kurang pula dalam tulisan pujangga Barat yang masyhur Yohan Kepler, Roger Bacon dan lain-lain ahli ilmu ini dalam Abad Pertengahan. Mereka mendasarkan teori dan tulisan-tulisan mereka kepada terori Ibnu Haitham yang telah disalin kedalam bahasa Latin dengan nama “Opticae Thesaurus.”

Teori Optik Ibnu Al-Haitham

Ibn al-Haytham juga berkontribusi besar pada studi pemantulan (reflection) dan pembiasan (refraction). Ibn al-Haytham memusatkan studinya pada hukum pemantulan pada cermin parabola dan bola termasuk fenomena aberasi optik

Sebuah kasus dalam cermin bola yang kemudian dikenal sebagal Alhazen’s problem ia pecahkan secara geometri, beberapa abad kemudian saintis optik Huygens memecahkannya secara matematis. Dalam studi hukum pemantulan cahaya, al-Haytham telah memperkenalkan hukum ke-2 pemantulan, yaitu bahwa sinar datang, garis normal dan sinar pantul berada dalam satu bidang. Sebuah hukum pemantulan sinar yang sudah akrab di telinga kita.

Sebuah prinsip penting dari teori perambatan cahaya juga dicetuskan oleh al-Haytham, yaitu bahwa cahaya merambat pada lintasan termudah dan tercepat, bukan lintasan terpendek. Sebuah teori yang saat ini disematkan pada Fermat: prinsip Fermat.

Ibn al-Haytham juga menggunakan kecepatan pada bidang-persegi untuk menentukan pembiasan cahaya jauh sebelum Newton yang tidak berhasil menemukannya. Hukum ini kemudian dikenal sebagai hukum Snell hingga saat ini.

Ibnu Al-Haitsam mengembangkan teori yang menjelaskan penglihatan menggunakan geometri dan anatomi. Teori itu menyatakan bahwa setiap titik pada daerah tersinari oleh cahaya, mengeluarkan sinar cahaya ke segala arah, namun hanya satu sinar dari setiap titik yang masuk ke mata secara tegak lurus dapat dilihat. Cahaya lain mengenai mata tidak secara tegak lurus tidak dapat dilihat. Ia menggunakan kamera lubang jarum sebagai contoh. Kamera tersebut menampilkan sebuah citra terbaik.Ibnu Al-Haitsam menganggap bahwa sinar cahaya adalah kumpulan partikel kecil yang bergerak dengan kecepatan tertentu. Ia juga mengembangkan teori Ptolemi mengenai refraksi namun usaha Ibnu Al-Haitsam tidak dikenal di Eropa sampai abad ke-16.

Secara eksperimental ia juga melakukan beberapa eksperimen dengan silinder kaca yang dibenamkan ke dalam air untuk mempelajari pembiasan dan juga menentukan kekuatan pembesaran lensa-lensa. Ia menggunakan mesin bubut untuk membentuk lensa-lensa yang ia gunakan.

Al-Haitham juga mencetuskan teori lensa pembesar. Teori itu digunakan para saintis di Italia untuk menghasilkan kaca pembesar pertama di dunia. Teori-teori Ibnu Al-Haitsam mengenai optik selanjutnya dikembangkan oleh Ibnu Firnas dengan membuat kacamata.

Camera Obscura,Cikal Bakal Kamera Modern

Kamera merupakan salah satu penemuan penting yang dicapai umat manusia. Lewat jepretan dan bidikan kamera, manusia bisa merekam dan mengabadikan beragam bentuk gambar mulai dari sel manusia hingga galaksi di luar angkasa. Teknologi pembuatan kamera, kini dikuasai peradaban Barat serta Jepang. Sehingga, banyak umat Muslim yang meyakini kamera berasal dari peradaban Barat.
Ibnu Al-Haitsam berhasil menemukan prinsip kerja kamera yang dikenal dengan nama Camera Obscura. Itulah salah satu karya al-Haitham yang paling monumental. Penemuan yang sangat inspiratif itu berhasil dilakukan al-Haitham bersama Kamaluddin al-Farisi. Keduanya berhasil meneliti dan merekam fenomena kamera obscura. Penemuan itu berawal ketika keduanya mempelajari gerhana matahari. Untuk mempelajari fenomena gerhana, Al-Haitham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan melalui permukaan datar. Kemudian Kamaluddin Al-Farisi memperinci mekanisme dan cara kerja dari Camera Obscura tersebut dalam karya Optik lainnya. Al-Farisi meneliti lebih lanjut bahwa semakin kecil lubang dalam dinding maka proyeksi yang dihasilkan semakin tajam, ia menunjukkan juga bahwa hasil proyeksi menjadi terbalik.

Camera obscura juga membuktikan bahwa cahaya merambat dalam garis lurus secara eksperimen. Camera Obscura atau pinhole camera adalah sebuah bilik gelap (bayt al-Mudhlim) yang salah satu dindingnya dilubangi. Panorama dari luar bilik diproyeksikan melalui lubang tersebut ke salah satu dinding dalam bilik. Kemudian seseorang yang ada di dalam bilik akan menggambar hasil proyeksi tadi dengan proporsi yang tepat. Dengan perangkat Camera Obscura ini pulalah Ibn al-Haytham mengamati fenomenda gerhana matajari dengan sangat mudah.

Oleh kamus Webster, fenomena ini secara harfiah diartikan sebagai ”ruang gelap”. Biasanya bentuknya berupa kertas kardus dengan lubang kecil untuk masuknya cahaya. kertas kardus dengan lubang kecil untuk masuknya cahaya. Mereka menemukan bahwa jika terdapat lubang kecil di sisi sebuah tenda yang gelap, sebuah gambar terbalik akan muncul di dinding dalam. Kamera obscura merupakan sebuah instrumen yang terdiri dari ruang gelap atau box, yang memantulkan cahaya melalui penggunaan 2 buah lensa konveks, Cahaya dari satu bagian dari sebuah objek akan melewati lubang dan tembus ke dalam bagian dalam kertas. Semua gambar dari kamera obscura akan terbalik dan dibalik seperti cermin. Jika lubang jarum di dalamnya lebih kecil, objek akan tampil lebih tajam. Teori yang dipecahkan Al-Haitsam itu telah mengilhami penemuan film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton.

“Kamera obscura pertama kali dibuat ilmuwan Muslim, Abu Ali Al-Hasan Ibnu al-Haitham, yang lahir di Basra (965-1039 M),” ungkap Nicholas J Wade dan Stanley Finger dalam karyanya berjudul The eye as an optical instrument: from camera obscura to Helmholtz’s perspective.

Bradley Steffens dalam karyanya berjudul Ibn al-Haytham: First Scientist mengungkapkan bahwa Kitab al-Manazir merupakan buku pertama yang menjelaskan prinsip kerja kamera obscura. “Dia merupakan ilmuwan pertama yang berhasil memproyeksikan seluruh gambar dari luar rumah ke dalam gambar dengan kamera obscura,” papar Bradley.

Istilah kamera obscura yang ditemukan al-Haitham pun diperkenalkan di Barat sekitar abad ke-16 M. Lima abad setelah penemuan kamera obscura, Cardano Geronimo (1501 -1576), yang terpengaruh pemikiran al-Haitsam mulai mengganti lubang bidik lensa dengan lensa (camera).

Setelah itu, penggunaan lensa pada kamera onscura juga dilakukan Giovanni Batista della Porta (1535–1615 M). Ada pula yang menyebutkan bahwa istilah kamera obscura yang ditemukan al-Haitsam pertama kali diperkenalkan di Barat oleh Joseph Kepler (1571 – 1630 M). Kepler meningkatkan fungsi kamera itu dengan menggunakan lensa negatif di belakang lensa positif, sehingga dapat memperbesar proyeksi gambar (prinsip digunakan dalam dunia lensa foto jarak jauh modern).

Setelah itu, Robert Boyle (1627-1691 M), mulai menyusun kamera yang berbentuk kecil, tanpa kabel, jenisnya kotak kamera obscura pada 1665 M. Setelah 900 tahun dari penemuan al-Haitham pelat-pelat foto pertama kali digunakan secara permanen untuk menangkap gambar yang dihasilkan oleh kamera obscura. Foto permanen pertama diambil oleh Joseph Nicephore Niepce di Prancis pada 1827.

Tahun 1855, Roger Fenton menggunakan plat kaca negatif untuk mengambil gambar dari tentara Inggris selama Perang Crimean. Dia mengembangkan plat-plat dalam perjalanan kamar gelapnya yang dikonversi gerbong. Tahun 1888, George Eastman mengembangkan prinsip kerja kamera obscura ciptaan al-Hitham dengan baik sekali. Eastman menciptakan kamera kodak. Sejak itulah, kamera terus berubah mengikuti perkembangan teknologi.

Sebuah versi kamera obscura digunakan dalam Perang Dunia I untuk melihat pesawat terbang dan pengukuran kinerja. Pada Perang Dunia II kamera obscura juga digunakan untuk memeriksa keakuratan navigasi perangkat radio. Begitulah penciptaan kamera obscura yang dicapai al-Haitham mampu mengubah peradaban dunia.

Pengaruh Pemikiran Ibnu al-Haitham Terhadap Ilmuwan Barat

Pemikiran Ibnu Al-Haitsam mengenai optik telah banyak memberikan pengaruh kepada ilmuwan-ilmuwan Barat,hal ini terjadi setelah diterjemahkannya karya-karya Ibnu Al-Haitsam kedalam bahasa Latin.

Pada abad ke-13 M, sarjana Inggris, Roger Bacon (1214 M - 1294 M), menulis tentang kaca pembesar dan menjelaskan bagaimana membesarkan benda menggunakan sepotong kaca. “Untuk alasan ini, alat-alat ini sangat bermanfaat untuk orang-orang tua dan orang-orang yang memiliki kelamahan pada penglihatan, alat ini disediakan untuk mereka agar bisa melihat benda yang kecil, jika itu cukup diperbesar,” jelas Roger Bacon.

Beberapa sejarawan ilmu pengetahuan menyebutkan Bacon telah mengadopsi ilmu pengetahuannya dari Ibnu Al-Haitsam. Bacon terpengaruh dengan kitab yang ditulis al-Haitham berjudul Kitab al-Manazhir.

David L. Shenkenberg menulis sebuah artikel yang berjudul, ‘Before Newton, there was Alhazen,’

“A millennium ago, an Arab scientist authored more than 100 works on optics, astronomy, mathematics and religious philosophy. Although he was arguably one of the greatest scientists of all time, his name is little known to people living in Western countries today. “

If we read all the works of Alhazen, Roger Bacon from 14th century and Sir Isaac Newton side by side, we may realize that a lot of work attributed to Sir Isaac Newton truly belongs to Alhazen. The paradigm of two civilizations, arising from the politics of crusades, deprived Alhazen of these honors. The time is now ripe to begin the study of the works of these three gifted giants, who were standing on the shoulders of prior giants, side by side, to have a better understanding of the history of science.

ISAAC Newton diyakini banyak orang sebagai fisikawan terhebat sepanjang masa. Setidaknya, dilihat sebagai Bapak Fisika Cahaya Modern, atau itulah yang dikatakan buku-buku pelajaran di sekolah.




Buku tersebut membahas berbagai percobaan Isaac dengan lensa dan prisma yang terkenal, studi tentang cahaya alami dan refleksi, serta refraksi cahaya dan pemisahan cahaya dalam pelangi. Namun, menurut Profesor Jim Al-Khalili dari Universitas Surrey, kenyataannya itu adalah hal yang abu-abu.




"Saya merasa perlu menegaskan, khususnya dalam fisika optik bahwa Newton sendiri mengikuti jejak ilmuwan hebat lain yang hidup 700 tahun sebelumnya," ucapnya.




Jelas, dia menyebutkan, fisikawan akbar lain yang patut disetarakan dengan Newton adalah ilmuwan yang lahir pada 965 Masehi di daerah yang sekarang dikenal sebagai negara Irak.




"Dia dikenal dengan nama al-Hassan Ibnu al-Haitsam," sebutnya seraya menambahkan, kebanyakan orang di Barat mungkin belum pernah mendengar namanya.




Sebagai seorang fisikawan, Jim menyadari betul betapa besar kontribusi pria ini dalam bidang yang digelutinya.




Dalam buku-buku populer tentang sejarah ilmu alam, biasanya disebut bahwa tidak ada kemajuan penting yang dicapai antara peradaban Yunani kuno dan masa Renaisans di Eropa. Jim mengatakan karena Eropa Barat terjerumus ke dalam Masa Kegelapan, bukan berarti kemajuan tidak terjadi di belahan dunia lainnya. Kenyataannya, dia mengatakan, antara abad ke-9 dan ke-13 menandai Masa Keemasan dalam ilmu pengetahuan Arab.




"Berbagai terobosan terjadi di bidang matematika, astronomi, kedokteran, fisika, kimia, dan filsafat. Dibandingkan banyak pemikir jenius yang hidup pada masa itu, prestasi Ibnu al-Haitsam adalah yang paling hebat. Dia dilihat sebagai Bapak Metode Ilmiah Modern," ucapnya.




Seperti yang biasa dijelaskan, Jim menuturkan, ini adalah pendekatan dalam menyelidiki sebuah fenomena ilmu alam, untuk memahami ilmu pengetahuan baru, atau untuk memperbaiki dan menggabungkan ilmu lama berdasarkan pengumpulan data melalui pemantauan dan pengukuran.




Proses ini diikuti tahap formulasi dan pengujian hipotesa guna menjelaskan data yang didapat. Inilah cara ilmu alam ditangani sekarang. Karena itu Jim percaya kemajuan yang dicapai dalam ilmu pengetahuan modern. Namun, metode ilmiah modern ini sering kali dikatakan baru ditemukan pada awal abad ke-17 oleh Francis Bacon dan Rene Descartes.




"Tetapi saya yakin, Ibnu al-Haitsam sudah jauh mendului mereka. Penekanannya pada data eksperimental dan kemampuan untuk memproduksi kembali hasilnya, membuat Ibnu al-Haitsam sering disebut sebagai 'ilmuwan' sesungguhnya yang pertama di dunia," sebutnya.




Memahami Cahaya




Profesor Jim Al-Khalili juga mengungkapkan bahwa ilmuwan pertama yang memberi penuturan yang tepat tentang bagaimana kita melihat sebuah objek adalah al-Hassan Ibnu al-Haitsam.




Jim menyebutkan, al-Hassan Ibnu al-Haitsam membuktikan dengan melakukan percobaan, misalnya teori emisi yang menyatakan cahaya dari mata kita menyinari objek yang kita lihat. Teori ini diyakini para pemikir terkenal seperti Plato, Euclid, dan Ptolemy adalah teori yang keliru.




"Ibnu al-Haitsam menginformasikan bahwa kita bisa melihat karena cahaya masuk ke mata kita, satu gagasan yang dipercaya sampai saat ini," ucapnya.




Ibnu al-Haitsam juga merupakan ilmuwan pertama yang menggunakan matematika untuk menggambarkan dan membuktikan proses ini. Jadi, Jim menyimpulkan, dia bisa juga dianggap sebagai fisikawan teori pertama. Ibnu al-Haitsam mungkin paling dikenal dengan penemuan kamera lubang jarum yang dioperasikan tanpa lensa.




Seharusnya, dia mengatakan, Ibnu al-Haitsam diakui sebagai penemu hukum refraksi. Dia juga orang pertama yang melakukan percobaan tentang pembagian cahaya menjadi beberapa warna dan meneliti bayangan, pelangi, dan gerhana.




"Dengan memantau sinar matahari masuk ke bumi dari atmosfer, dia dapat memperkirakan tinggi atmosfer yang menurutnya sekitar 100 kilometer," katanya bersemangat.




Peneliti Canggih




Sama halnya dengan banyak ilmuwan modern, Ibnu al-Haitsam sangat bergantung pada waktu dan membutuhkan kesunyian untuk menulis banyak teorinya, termasuk penelitian penting tentang lensa.




Menurut Jim, Ibnu al-Haitsam pernah diminta kalifah di Kairo untuk menyelesaikan masalah pengaturan banjir Sungai Nil. Sewaktu masih di Basrah, Ibnu al-Haitsam mengklaim bahwa banjir tahunan di Sungai Nil bisa diatur dengan jaringan kanal sehingga air dapat tersimpan sampai masa kemarau. Namun begitu, tiba di Kairo, dia menyadari bahwa rencana itu tidak praktis dari segi teknis.




Gerakan Planet




Setelah kembali ke Irak, Jim menuturkan, dia menyusun 100 penelitian lainnya dalam berbagai topik di bidang fisika dan matematika. Seorang pakar di Iskandariyah menyebutkan, Ibnu al-Haitsam mengembangkan apa yang disebut sebagai mekanisme benda angkasa.




Mekanisme ini menjelaskan orbit planet yang kemudian mengilhami penelitian astronomi Eropa seperti Copernicus, Galileo, Kepler, dan Newton.




"Adalah hal yang menakjubkan bahwa kita baru sekarang menyadari betapa besar utang para fisikawan modern kepada seorang ilmuwan Arab yang hidup 1.000 tahun lalu," tulisnya.


Affiliate Program Get Money from your Website
Info:

Sobat punya Web/Blog???!!  Buat nambah penghasilan, Pasang Iklan di blog/Webnya Untuk Daftar KLIK DISINI

Pasang benner di blog Sobat.atau DAFTAR DISINI

DOWNLOAD MP3 KAJIAN HIKAM DARI MULAI HIKMAH KE-1 DAN SETERUSNYA

 Selamat Datang di Blog Saya, saya do'akan sobat semua sehat selalu, bagi sobat yang membutuhkan kajian hikam perhikmah dari mulai hikam...